Wisata perahu di Danau Tamblingan Bali tarik turis mancanegara

id Turis Asing, Danau Tamblingan, Buleleng, Bali

Wisata perahu di Danau Tamblingan Bali tarik turis mancanegara

Wisata perahu yang berada di kawasan Danau Tamblingan, di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. (Antara/Ayu Khania Pranisitha/2019)

Buleleng (ANTARA) - Wisata perahu di kawasan Danau Tamblingan yang beralamat di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, tarik kedatangan turis asing. Hal ini turut dirasakan salah satu, warga asal Munduk, Buleleng, I Putu Edi Setyawan yang juga bekerja sebagai nelayan.

"Iya di sini emang dibuka untuk pariwisata, kadang-kadang sebelum perahunya berangkat, liat kondisinya air danaunya dulu, liat kondisi cuaca dulu baru berangkat," kata I Putu Edi Setyawan di Buleleng, Sabtu.

Pihaknya juga mengemukakan untuk kedatangan turis di kawasan Danau Tamblingan ini mengalami peningkatan sekitar bulan Juli hingga Agustus. Saat mengalami peningkatan, penyeberangan dilakukan hingga 50 kali penjemputan.

Ketika memasuki bulan Juli-Agustus, Edy menjelaskan bahwa ada turis asing yang menambah lebih lama perjalanan keliling menggunakan wisata perahu di Danau Tamblingan. Selain berkeliling, wisatawan juga disuguhi tracking di dalam hutan yang dikomandoi oleh warga setempat, sekaligus menjadi mata pencariannya.

"Kita di sini juga menjalankan kerjasama dari Program BKSDA untuk menjaga kelestarian hutan, jadi dikemas hutannya, dilestarikan, selain bisa jadi lahan bisnis, sekaligus memperkenalkan wisata di sini, dan dijaga biar utuh," ucapnya.

Untuk sekali keberangkatan, diberikan waktu selama 1,5 jam, dengan paket berupa tracking dan wisata perahu seharga Rp350 ribu untuk 4 orang. Untuk jumlah penumpang dibatasi hanya untuk empat orang, sesuai dengan kondisi muatan perahu.

"Paling sering keberangkatannya pagi, dan di situ ada dua jalur finish yang biasa dilalui wisatawan, mau itu turis Perancis, Belanda atau Jerman," katanya.

Selain itu, tambahnya saat ini jumlah kunjungan wisatawan menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk tahun ini, ada 15 hingga 20 perahu memberangkatkan wisatawan asing. Sedangkan tahun sebelumnya, bisa mencapai 50 kali keberangkatan.

Edy bersama beberapa nelayan yang kerap melakukan keberangkatan, merasa kesulitan ketika berhadapan saat kabut dan air pasang. Untuk itu, keberangkatannya juga ditunda hingga sama sekali tidak dibuka untuk turis.

"Kalah musim hujan biasanya masuk di Bulan Oktober sampai Desember, udah sepi dan nggak ada tamu karena udah masuk musim hujan disini," ujarnya.