Festival suling bambu antarsekolah digelar di Ambon

id Suling bambu,antaralampung.com

Festival suling bambu antarsekolah digelar di Ambon

71 peserta terdiri dari 17 peserta SMP dan 54 dari SD, mengikuti festival suling bambu di Taman Budaya, Ambon, Senin.

"Festival ini mendapat sambutan positif untuk mengembangkan potensi suling bambu Maluku yang khas serta berbeda dengan daerah lainnya," ujarnya.
Ambon (ANTARA) - Sebanyak 71 peserta mengikuti festival suling bambu antar-sekolah dasar dan sekolah menengah pertama se-Kota Ambon yang digelar Sanggar Luleba.

"Ke-71 peserta terdiri dari 17 peserta SMP dan 54 peserta dari SD. Mereka mengikuti festival suling bambu di Taman Budaya Ambon," kata Sekretaris Kota Ambon Anthony Gustaf Latuheru di Ambon, Senin (26/8).

Saat membuka kegiatan, Anthony mengatakan suling bambu merupakan salah satu alat musik tradisional yang tidak asing, secara khusus di Maluku instrumen musik suling bambu memiliki perbedaan dengan daerah lain.

Suling bambu dari Jawa yang memiliki skala nada pentatonik, lima not per oktaf, sedangkan Maluku mengadopsi skala diatonik mirip dengan alat musik barat. Hal ini membuat suling bambu Maluku mudah memainkan komposisi lagu barat modern maupun klasik.

Selain itu, alat musik ini juga dikenal sebagai alat musik pemersatu dua komunitas di Maluku, yakni komunitas Muslim dengan musik hadrah, dan komunitas Kristen yang dimainkan sebagai instrumen pengiring liturgi pada ibadah di gereja.

Anthony menjelaskan, pada 2018 di Kota Ambon telah digelar Amboina International Bamboo Music Festival yakni "event" bertaraf internasional, dengan musik suling bambu sebagai ikonnya.

"Festival ini mendapat sambutan positif untuk mengembangkan potensi suling bambu Maluku yang khas serta berbeda dengan daerah lainnya," ujarnya.

"Event" ini, lanjut dia, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari upaya pengembangan musik sebagai ciri khas dan identitas masyarakat Ambon, karena musik bagi orang Ambon sesungguhnya merupakan anugerah yang diberikan Tuhan.

"Semangat ini yang melatarbelakangi Pemkot Ambon melalui program Ambon City of Music yang akan segera diakui dan disahkan oleh UNESCO pada tahun ini ," katanya.

Ketua Sanggar Luleba, Wilhelmina Tetelepta mengatakan festival ini merupakan bukti bahwa komunitas mampu membuat sesuatu, karena selama ini diberikan fasilitas dari pemerintah.

"Fasilitas yang diberikan pemerintah bukan hanya dalam bentuk uang tetapi juga regulasi atau kebijakan, sehingga kami mempertanggungjawabkan ke masyarakat sebagai bentuk dukungan Ambon sebagai kota musik," katanya.

Dalam festival suling bambu peserta menampilkan lagu wajib "we are musician" dan lagu pilihan bebas, dengan syarat memasukkan partitur ke dewan juri untuk menilai kreativitas.

"Festival ini sesuai rencana akan menjadi agenda tahunan dengan piala bergilir dari Wali Kota Ambon," kata Wilhelmina