Manado Jadi Ibukota Terumbu Karang Dunia

id Manado Jadi Ibukota Terumbu Karang Dunia, Wisata, Jet Sky, Bunaken, Pantai, Pula, Turis, DKP, KKP

Manado Jadi Ibukota Terumbu Karang Dunia

Dua turis menampilkan kebolehannya sambil berolahraga mengemudikan Jetsky sekaligus menikmati panorama objek wisata Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara . (ANTARA FOTO Dok/M.Tohamaksun).

Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, selaku Sekretaris Bidang Media WCRC."
Manado, 16 Mei 2014 (ANTARA) - Manado tahun ini kembali menjadi lokasi penyelenggaraan konferensi kelautan tingkat dunia, kali ini yang dihelat adalah Konferensi Terumbu Karang Tingkat Dunia (World Coral Reef Conference/WCRC) 2014. Setelah sebelumnya pada tahun 2009 dilaksanakan Konferensi Kelautan Tingkat Dunia (World Ocean Conference/WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI) Summit, yang diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.
    
Terpilihnya Manado sebagai lokasi penyelenggaraan tidak terlepas dari potensi kelautannya yang sangat besar terutama kekayaan dan keanekaragaman terumbu karangnya yang mencakup sepertiga dari luas terumbu karang dunia.  Selain itu, penetapan Manado sebagai lokasi Sekretariat Regional permanen CTI-CFF pada Pertemuan Kelima Tingkat Dewan Menteri (5th Ministerial Meeting) tanggal 15 Mei 2014 yang lalu, semakin mengukuhkan Kota Manado sebagai ibu kota terumbu karang dunia. Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo di sela acara WCRC 2014 di Manado, Jum'at (16/5).
    
Selain memiliki nilai historis tentang konservasi kelautan, kota yang dikenal dengan Taman Laut Bunaken karena keindahan terumbu karangnya ini juga memiliki letak geografis yang sangat strategis.  Di mana letak Manado tepat berada di pusat kawasan Segitiga Terumbu Karang serta merupakan kota di Indonesia yang paling dekat dengan negara-negara anggota CTI-CFF yaitu Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon. "Potensi dan letaknya sangat menguntungkan bagi hubungan kerjasama regional terutama di bidang kelautan, maka sudah sepatutnya kita bangga terhadap Sulawesi Utara, khususnya Manado", tegas Sharif.
    
Selayaknya persyaratan administratif sebuah ibu kota, di Manado juga telah berdiri gedung sekretariat regional CTI-CFF dan CTI Center yang menempati kompleks baru seluas 1,5 hektar di Grand Kawanua International City.  "Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono meninjau penggunaan gedung Sekretariat regional CTI-CFF tersebut bersamaan dengan pembukaan WCRC 2014", ungkap Sharif.
    
Gedung ini akan menjadi pusat koordinasi, fasilitasi dan kolaborasi enam negara CTI-CFF serta mitra dalam pengelolaan terumbu karang global secara berkelanjutan. "Gedung CTI-CFF dan CTI Center merupakan salah satu bentuk komitmen Republik Indonesia guna mendukung program pelestarian kawasan terumbu karang yang memiliki biodiversitas kelautan tertinggi di dunia. Di mana Presiden SBY bersama lima kepala negara lainnya menegaskannya dalam CTI-CFF Leader's Declaration tahun 2009," tambah Sharif.
    
                    Kawasan Segitiga Terumbu Karang
Kawasan Coral Triangle meliputi perairan enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia (kawasan Sabah), Filipina, Timor-Leste, Papua Nugini (bagian Timur) dan Kepulauan Solomon.  Kawasan tersebut membentang seluas hampir 6 juta kilometer persegi di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Kawasan ini memiliki biodiversitas tinggi, lebih dari 500 spesies terumbu karang, 3.000 spesies ikan, dan hutan mangrove yang luar biasa luasnya.  Bila ditarik garis mengelilingi wilayah laut ini, maka seolah-olah kawasan tersebut berbentuk segitiga sehingga kawasan ini disebut sebagai kawasan segitiga karang (Coral Triangle Region).
    
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono telah memprakarsai pembentukan kerjasama multilateral dengan lima negara, yaitu Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon untuk menjaga, memanfaatkan dan melindungi sumberdaya hayati laut di kawasan ini.  Kerjasama tersebut dinamai Prakarsa Segitiga Karang untuk Terumbu Karang, Perikanan dan Ketahanan Pangan atau Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF). Prakarsa ini berisikan gagasan kerjasama dalam pengelolaan lingkungan hidup dan mempertahankan kesinambungan sumberdaya hayati laut di kawasan Segitiga Karang yang mencakup enam Negara.
    
Pengelolaan terumbu karang harus berpadu dengan kompleksitas pemanfaatan dan pengelolaan yang bersifat lintas wilayah dan negara serta menembus batas administrasi dan kedaulatan. Apalagi kekayaan sumberdaya perikanan di kawasan ini secara langsung menopang kehidupan bagi sekitar 120 juta orang dan memberikan manfaat untuk jutaan orang lainnya.
    
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, selaku Sekretaris Bidang Media WCRC.

(W. Indrawan).