Kelompok HKm Lampung Barat Kembangkan Listrik Mikrohidro

id Kelompok HKm Lampung Barat Kembangkan Listrik Mikrohidro

Kelompok HKm Lampung Barat Kembangkan Listrik Mikrohidro

Pembangkit listrik tenaga mikrohidro dikembangkan kelompok HKm Mardi Rukun di Sumberjaya, Lampung Barat mampu menghasilkan daya listrik 5.000 Watt. (Foto: ANTARA LAMPUNG/Budisantoso Budiman)

Lampung Barat (ANTARA LAMPUNG) - Kelompok Hutan Kemasyarakatan Mardi Rukun di Pekon Sumpangsari Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat berupaya melestarikan hutan, dengan menanam pohon untuk mendukung pemanfaatan air sebagai sumber energi listrik mikrohidro yang dimanfaatkan warga setempat.

Menurut Ketua Kelompok Hutan Kemasyarakatan (HKm) Mardi Rukun, Kamisan, didampingi Sekretaris Suroto dan Bendahara Sunyoto, di Simpangsari Kecamatan Sumberjaya, Jumat (14/6), sejak Juli 2012 dengan dukungan bantuan hibah kecil dari Proyek Penguatan Pengelolaan Hutan dan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat (Strengthening Community Based Forest and Watershed Management/SCBFWM) bernilai Rp25 juta.

Warga sepakat bantuan itu digunakan untuk membangun pembangkit listrik mikrohidro, mengingat potensi aliran air di sungai tempat mereka dinilai cukup baik dan stabil termasuk saat kemarau.

Pembangkit listrik mikrohidro yang dibangun mengandalkan sumber air dari Sungai Cengkaan itu, ternyata mampu menghasilkan tenaga listrik 5.000 Watt untuk digunakan oleh 20 kepala keluarga (60 jiwa).

Setiap keluarga mendapatkan jatah daya listrik 18 Watt (tiga lampu) selama 24 jam.

Masing-masing warga yang menggunakan listrik pembangkit mikrohidro (PLTM) itu wajib membayar iuran setiap bulan Rp10.000, dan bagi yang menyalakan televisi di rumahnya harus menambah Rp5.000 per bulan.

Bendahara kelompok ini, Sunyoto menuturkan, sebelumnya mereka masih menggunakan penerangan tradisional karena ketiadaan aliran listrik di kampung ini sehingga dirasakan sangat menghambat kelancaran aktivitas sehari-hari warga.

"Alhamdulillah sejak ada listrik mikrohidro itu, kini warga di sini dapat diterangi setiap saat dan aktivitas kami menjadi lebih lancar dan produktif," ujar dia.

Dampak adanya aliran listrik mikrohidro itu bagi anak-anak warga setempat, kini dapat lebih leluasa belajar di malam hari, termasuk mengaji tanpa gangguan penerangan listrik lagi.

Beberapa warga setempat juga semakin terbuka akses informasi melalui sarana komunikasi media televisi dan menggunakan telepon genggam (HP).

"Informasi perkembangan harga kopi bisa terus kami ketahui dengan dukungan peralatan komunikasi itu, terutama HP," kata Sunyoto lagi.

Kelompok HKm Mardi Rukun ini dibentuk tahun 2007 beranggota 405 orang yang memiliki luas hamparan lahan yang dikelola kelompok ini mencapai 646,5 hektare, belum termasuk zona lindung seluas 60 ha.

Areal pengelolaan kelompok HKm ini berada dalam kawasan lindung Register 44 Waytenong-Kenali.

Anggotanya selain berkebun kopi dan komoditas lainnya, juga mengembangkan ternak kambing, budidaya madu dan memelihara ikan.

Perkuat Ekonomi
Menurut Regional Facilitator SCBFWM BP-DAS Way Seputih Way Sekampung Lampung, Dr Zainal Abidin MS, mendampingi Syaiful Rahman (National Project Manager SCBFWM) dan staf UNDP Indonesia Tommy Soetjipto, tujuan bantuan hibah kecil bagi sejumlah kelompok warga di Kabupaten Lampung Barat itu adalah mendorong penguatan ekonomi masyarakat setempat agar mendukung pelestarian hutan berbasis warga di daerah sasaran tersebut.

Sejumlah fokus program adalah mendorong ketersediaan sejumlah infrastruktur dasar, seperti air bersih dan listrik maupun pengembangan usaha ekonomi produktif kaum wanita dan warga umumnya.

"Bila masyarakat secara langsung merasakan manfaat kondisi lingkungan yang terjaga sehingga air bersih selalu tersedia dan listrik mengalir ke kampung mereka, dipastikan masyarakat di sini akan terdorong memelihara dan melindungi lingkungan sekitarnya dengan baik," ujar Zainal.

Menurut Syaiful Rahman, Program SCBFWM yang dilaksanakan Kementerian Kehutanan dan dibantu UNDP (United Nations Development Programme) ini, untuk mendorong penguatan kelestarian hutan berbasis masyarakat yang juga kuat secara ekonomi , dengan tujuan untuk mengurangi degradasi hutan dan lahan.

Tujuannya antara lain memperbaiki pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) dalam kondisi kritis, mendorong adanya dukungan lembaga pemerintah termasuk pemda, dan meningkatkan koordinasi antarunsur pemerintah agar mendukung kebijakan dan program yang konsisten menguatkan masyarakat berbasis kelestarian lingkungan dan pemberdayaan ekonominya.

"Pendekatan program ini adalah partisipatoris sejak perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasinya," ujar Syaiful lagi.

Zainal menambahkan bahwa sasaran Program SCBFWM di Lampung berada pada areal seluas 44.000 ha yang melibatkan 32 mitra tersebar pada lima kecamatan di Kabupaten Lampung Barat.

Sasarannya adalah warga yang mengelola hutan kemasyarakatan, kelompok wanita/gender (30 persen), agroekosistem kopi dan kelompok tani.

"Kami mendorong dan mendampingi warga untuk mengembangkan pengolahan hasil hutan bukan kayu, seperti madu, gula aren, kopi luwak, kopi kemasan dan berbagai produk ekonomis lainnya," ujar Zainal lagi.

Program ini juga mendorong adanya praktik budidaya kopi berwawasan lingkungan dan mendukung aksesibilitas warga atas sumber air bersih, mengingat masih banyak warga di Kabupaten Lampung Barat belum terjangkau pelayanan air bersih oleh perusahaan daerah air bersih (PDAM) di sini, dan masih banyak yang kebutuhan air bersih sehari-hari belum dapat terpenuhi dengan baik, kata Zainal Abidin lagi.