Beijing (ANTARA) - Kota Xian, Provinsi Shaanxi, membatasi pergerakan masyarakat saat Kota Shanghai sedang bersiap-siap memulihkan berbagai aktivitas masyarakat setelah lockdown selama beberapa pekan akibat serangan sporadis COVID-19 varian Omicron.
Xian, kota di wilayah barat daya China yang dihuni 13 juta jiwa warga itu memperketat pergerakan masyarakat selama empat hari setelah ditemukan 43 kasus positif, demikian media setempat, Senin.
Pembatasan pergerakan masyarakat itu dilakukan dengan menutup pusat keramaian, menghentikan acara wisuda di kampus, dan memerintahkan warga tetap tinggal di rumah.
Bekerja di rumah sangat dianjurkan dan masyarakat yang hendak menggunakan kereta metro harus bisa menunjukkan hasil tes negatif PCR dalam 48 jam terakhir, demikian keterangan otoritas pengendalian COVID-19 Xian.
Beberapa warga ibu kota China kuno itu sempat panik karena merasa wilayahnya dikunci.
Namun otoritas Xian segera mengklarifikasi bahwa kebijakan pembatasan itu hanya bersifat sementara yang diharapkan tidak berdampak terhadap aktivitas sehari-hari masyarakat.
Pasar, swalayan, dan rumah sakit masih tetap buka, namun dengan protokol kesehatan yang sangat ketat, seperti sterilisasi dan pembatasan jumlah pengunjung, demikian otoritas Xian.
Sementara itu, Shanghai, kota di wilayah timur China berpenduduk 35 juta jiwa, sudah bersiap melakukan pemulihan aktivitas masyarakat setelah lockdown.
Perusahaan-perusahaan yang beroperasi harus menjalankan mekanisme prokes secara ketat dan merencanakan sistem tertutup, demikian surat edaran otoritas kesehatan Shanghai.
Manajemen perusahaan harus membentuk tim khusus anti pandemi yang bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keselamatan para karyawannya.
Otoritas mengimbau warga yang tinggal di kawasan berisiko sedang dan tinggi untuk mengenakan masker jenis N95 dan KN95, sedangkan di kawasan berisiko rendah cukup masker medis.