Vatican City (ANTARA) - Paus Fransiskus memimpin kebaktian Jumat Agung di Vatikan di bawah bayang-bayang perang di Ukraina.
Pemimpin Gereja Katolik Roma berusia 85 tahun itu berjalan di lorong utama Basilika Santo Petrus dengan timpang, karena menderita sakit di lutut dan kakinya.
Namun, dia tidak bersujud di atas lantai marmer seperti yang biasa dia lakukan pada kebaktian serupa sebelumnya. Dia hanya berdiri beberapa menit dengan kepala menunduk.
Fransiskus lalu duduk, sementara paduan suara menyanyikan Gospel yang mengisahkan peristiwa sejak Yesus Kristus ditangkap hingga pemakamannya.
Kebaktian Jumat Agung itu menjadi salah satu dari sedikit prosesi di mana Paus tidak menyampaikan homili, yang pelaksanaannya diserahkan kepada pengkhotbah rumah tangga kepausan, Kardinal Raniero Cantalamessa.
"Tahun ini kita merayakan Paskah tidak dengan suara lonceng yang menggembirakan, tapi dengan kebisingan suara bom dan ledakan tak jauh jauh dari sini," kata Cantalamessa merujuk pada perang di Ukraina.
Menyitir seruan damai Injil "Menempa pedangmu menjadi mata bajak dan tombakmu menjadi sabit", Cantalamessa berbicara tentang mengubah "rudal menjadi pabrik dan rumah".
Pada Jumat (15/4) malam, Fransiskus dijadwalkan memimpin prosesi "Via Crucis" (Jalan Salib) di Koloseum Roma.
Tahun ini, keputusan Vatikan untuk menyertakan warga Ukraina dan Rusia dalam salah satu bagian prosesi itu telah menimbulkan gesekan di kalangan pemimpin Katolik Ukraina, yang telah meminta agar hal itu dipertimbangkan lagi.
Pada Sabtu petang, Fransiskus akan memimpin Misa Malam Paskah di basilika itu.
Pada Minggu Paskah, hari terpenting dalam kalender liturgi Kristiani, dia akan menyampaikan Misa di Lapangan Santo Petrus dan kemudian membawakan pesan dan pemberkatan "Urbi et Orbi" (kepada kota dan dunia) yang dilakukan dua kali setahun.
Sumber: Reuters