Menkes sebut vaksin Merah Putih digunakan sebagai "booster" dan anak

id vaksin merah putih,menkes budi gunadi,pengendalian covid-19

Menkes sebut vaksin Merah Putih digunakan sebagai "booster" dan anak

Tangkapan layar - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat hadir secara virtual pada 'Kick Off' Uji Klinis Vaksin Merah Putih, Rabu (9/2/2022). ANTARA/HO-Youtube Unair

Jadi tak hanya dipakai secara lokal (di Indonesia) saja tapi juga internasional, katanya
Surabaya (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyampaikan vaksin Merah Putih akan digunakan sebagai booster atau penguat dan anak usia 3-6 tahun.

"Karena saat ini pemerintah telah melakukan percepatan program vaksinasi sejak beberapa bulan lalu," ujarnya saat hadir virtual pada Kick Off Uji Klinis Vaksin Merah Putih di RSUD Dr Soetomo Surabaya, Rabu.

Menurut dia, vaksin tersebut dapat digunakan sebagai booster dan anak berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan dengan Presiden Joko Widodo.

"Untuk sementara dilihat, potensi vaksin Merah Putih untuk vaksin booster dan anak khususnya di atas 3-6 tahun. Di dunia tidak banyak vaksin (untuk anak 3-6 tahun) setahu saya baru Sinovac dan Pfizer. Untuk Pfizer juga sedang uji klinis," ucapnya.

Vaksin Merah Putih direncanakan dapat digunakan untuk vaksin donasi internasional dengan tujuan di beberapa negara di Benua Afrika.

Baca juga: Vaksin Merah Putih Eijkman dekati proses uji praklinis

"Karena penetrasi distribusi vaksin di Afrika agak lambat. Banyak donasi vaksin berbentuk Moderna dan Pfizer yang membutuhkan logistik dengan suhu yang cukup tinggi minus 25 hingga minus 28 derajat celsius," kata dia.

Budi menegaskan Presiden Jokowi telah setuju menggunakan vaksin Merah Putih sebagai donasi Indonesia untuk negara-negara di luar negeri.

"Jadi tak hanya dipakai secara lokal (di Indonesia) saja tapi juga internasional," katanya.

Kendati demikian, lanjut Menkes, yang dibutuhkan saat ini adalah proses registrasi di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk uji klinis dan booster.

Selanjutnya, registrasi tersebut juga dibutuhkan untuk bisa digunakan sebagai donasi ke Afrika.

"Harus dipastikan kelas vaksin ini di level internasional (jadi tidak uji klinis saja), tapi juga melakukan publikasi riset internasional sebanyak mungkin tentang vaksin sehingga bisa dilihat peneliti dunia," tutur dia.