Yogyakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Yogyakarta berencana menambah titik akses aplikasi Sugeng Rawuh di Malioboro sehingga wisatawan yang datang bisa memindai barcode aplikasi tersebut dari lebih banyak tempat sehingga tidak menimbulkan antrean.
"Nanti dimungkinkan akan ada penambahan titik untuk aplikasi tersebut. Misalnya di tempat parkir sudah ada QR Code aplikasi Sugeng Rawuh yang bisa dipindai," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, jika wisatawan sudah diarahkan untuk memindai QR Code aplikasi Sugeng Rawuh sejak dari tempat parkir, maka saat akan masuk ke Malioboro cukup menunjukkan bukti sudah mengisi data yang diperlukan ke petugas yang berjaga.
"Jadi, tidak ada wisatawan yang tidak memindai QR Code Sugeng Rawuh atau tidak ada antrean di sejumlah akses masuk Malioboro," katanya.
Pada akhir pekan lalu, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta menempatkan QR Code aplikasi Sugeng Rawuh di 17 titik akses masuk ke Malioboro.
Aplikasi Sugeng Rawuh adalah aplikasi yang dikembangkan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mencatat jumlah kunjungan wisatawan di kawasan wisata tersebut.
Wisatawan diminta memindai QR Code dan mengisi data, salah satunya nomor telepon. "Melalui aplikasi tersebut, wisatawan juga akan diingatkan apabila durasi berkunjungnya sudah hampir habis. Maksimal dua jam di Malioboro," katanya.
Apabila wisatawan tidak mematuhi aturan durasi berkunjung ke Malioboro, maka dimungkinkan wisatawan bisa tertinggal rombongan.
"Ini dikarenakan, kami juga membatasi durasi maksimal parkir bus pariwisata yaitu sekitar tiga jam. Pengelola tempat parkir akan meminta bus segera meninggalkan lokasi parkir apabila durasinya sudah habis," katanya.
Dengan demikian, lanjut Heroe, jika masih ada wisatawan yang belum kembali ke lokasi parkir maka bisa saja akan ditinggal oleh rombongan. "Ketentuannya seperti itu dan pengelola parkir pun sudah diminta konsisten mematuhi aturan," katanya.
Pemberlakuan durasi maksimal berwisata di Malioboro merupakan bagian dari pelaksanaan one gate system bus pariwisata yang sudah dijalankan di Kota Yogyakarta sejak 23 Oktober. Bus pariwisata harus masuk ke Terminal Giwangan untuk menjalani skrining kesehatan bagi wisatawan.
"Hingga saat ini, ketaatan bus pariwisata sudah bagus dan tidak banyak bus pariwisata yang dilarang masuk ke Kota Yogyakarta karena tidak lolos skrining," katanya.
Penerapan one gate system tersebut, lanjut Heroe, merupakan upaya Pemerintah Kota Yogyakarta agar kegiatan pariwisata yang sudah mulai menggeliat tersebut tidak menimbulkan peningkatan kasus di Yogyakarta.
"Wisatawan yang datang sudah harus divaksinasi karena masih ada daerah-daerah dengan tingkat vaksinasi yang rendah," katanya.