Nelayan di Lampung maksimalkan tangkapan dengan sistem berkelanjutan

id Nelayan rajungan Lampung, rajungan Lampung, budidaya berkelanjutan

Nelayan di Lampung maksimalkan tangkapan dengan sistem berkelanjutan

Ketua Forum Nelayan Rajungan Provinsi Lampung Miswan saat memberi keterangan. Bandarlampung, Sabtu (18/9/2021) ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.

Di kelompok nelayan Desa Margasari tidak menangkap rajungan dengan alat tangkap yang merusak lingkungan, dan kita tidak mengambil rajungan yang sedang bertelur sebab nanti tidak ada regenerasi rajungan, katanya

Bandarlampung (ANTARA) - Ketua Forum Nelayan Rajungan Provinsi Lampung Miswan mengatakan sejumlah nelayan telah menerapkan sistem tangkap rajungan berkelanjutan guna memaksimalkan hasil tangkapan.

"Kebetulan saya memiliki kelompok nelayan rajungan di Desa Margasari, Kabupaten Lampung Timur, dan di sana telah menerapkan sistem tangkap rajungan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," ujar Miswan, di Bandarlampung, Sabtu.

Ia mengatakan melalui pemanfaatan sistem tangkap yang berkelanjutan rajungan tersebut, hasil tangkapan nelayan akan naik dengan maksimal.

"Di kelompok nelayan Desa Margasari tidak menangkap rajungan dengan alat tangkap yang merusak lingkungan, dan kita tidak mengambil rajungan yang sedang bertelur sebab nanti tidak ada regenerasi rajungan," katanya.

Baca juga: Lampung mulai bentuk wilayah konservasi rajungan

Menurut dia, nelayan sekitar pun akan mendapatkan keuntungan lebih maksimal dengan menerapkan konsep keberlanjutan tersebut.

"Jadi kita ada masa-masa istirahat tidak mencari rajungan agar mereka berkembang biak dan ukurannya siap tangkap, sebab semua rajungan akan dikirim ke unit pengelolaan ikan jadi harus memenuhi spesifikasi," ucapnya.

Ia memastikan, apabila nelayan rajungan tidak menerapkan konsep keberlanjutan dan ramah lingkungan di masa mendatang, tangkapan nelayan rajungan akan semakin menyusut karena kerusakan habitat.

Baca juga: Pemprov Lampung berupaya terus jaga produktivitas sektor pertanian

"Untuk sekarang harga cukup bagus, rajungan Rp100 ribu per kilogram, dan biasanya satu orang bisa menangkap hingga 10 kilogram rajungan, kalau lingkungan rusak tidak ada regenerasi rajungan, pasti harga turun lalu penghasilan nelayan turun," ujarnya.

Rajungan merupakan komoditas potensial kelautan di Indonesia dengan volume ekspor pada tahun 2018 sebanyak 16.300 ton atau senilai 300 juta dolar Amerika Serikat.

Selain itu, rajungan juga menjadi komoditas unggulan di Lampung dengan volume ekspor mencapai 1.383 ton.