Ia mengatakan pengelolaan cangkang rajungan untuk diolah menjadi tepung yang berguna sebagai pakan ikan, menjadi salah satu solusi atas tingginya harga pakan ikan karena bahan baku masih tergantung dengan impor.
"Supaya kita mengurangi kebutuhan pakan yang berasal dari bahan impor, sudah dikembangkan pakan mandiri dari cangkang rajungan sisa perusahaan. Dengan bekerjasama bersama perguruan tinggi dan masyarakat sekarang sudah ada unit pengolahannya ada di Tanjung Bintang, Lampung Selatan," katanya.
Dia menjelaskan dengan rata-rata dalam pemenuhan kebutuhan pakan ikan sebanyak 150 ribu ton dalam setahun, dengan adanya pengembangan pakan ikan mandiri dari cangkang rajungan dapat mengurangi ketergantungan akan pakan impor sebesar 25 persen dari total kebutuhan pakan dalam satu tahun.
"Dengan pengembangan pakan ikan mandiri ini minimal 25 persen bisa kita subsidi dari pakan mandiri. Untuk mendukung ini kami sudah memberikan bantuan mesin pengolahan, penyediaan bahan baku cangkang rajungan ataupun kepala udang, dan menyediakan bantuan permodalan melalui kartu tani bila ada yang ingin mengembangkan lagi pengelolaan pakan mandiri dari cangkang rajungan," ucap dia.
"Harapannya dengan pakan mandiri, akan membantu pembudidaya agar mendapatkan pakan ikan dengan harga stabil. Lalu tidak ada lagi limbah perusahaan pengelolaan rajungan kaleng yang terbuang hingga mencemari lingkungan karena semua sudah diolah serta menghasilkan pendapatan tambahan bagi masyarakat," tambahnya.
Dia melanjutkan selain mengembangkan pakan mandiri untuk mengurangi ketergantungan akan pakan impor, pemerintah daerah juga telah mendistribusikan bantuan pakan ikan sebanyak 18.180 kilogram bagi kelompok pembudidaya di daerah setempat.
"Sudah disalurkan juga sebanyak 18.180 kilogram bantuan pakan ikan bagi kelompok pembudidaya agar mereka dapat terus memaksimalkan produksinya, sehingga NTNP bisa tinggi dan kesejahteraan pembudidaya tetap terjaga," ujarnya.