Gubernur Riau resmikan kawasan ekowisata mangrove Desa Pangkalan Jambi, Bengkalis

id ekowisat dumai,ekowisata bengkalis, ekowisata mangrove, wisata mangrove,wisata riau

Gubernur Riau resmikan kawasan ekowisata mangrove Desa Pangkalan Jambi, Bengkalis

Peringatan upacara dalam menyambut HUT RI ke-75 di Kecamatan Bukit Batu dilaksanakan di taman wisata hutan mangrove desa Pangkalan Jambi.

Pengembangan ekowisata ini merupakan paket komplit penggabungan beberapa aspek
Dumai (ANTARA) - Gubernur Riau Syamsuar resmikan kawasan ekowisata mangrove di Desa Pangkalan Jambi Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Rabu, untuk mendongkrak kunjungan wisata di daerah itu.

Gubernur Syamsuar didampingi Penjabat Bupati Bengkalis Syarial Abdi, General Manager Pertamina RU II Didik Bahagia menyebut bahwa upaya yang dilakukan Pertamina bersama masyarakat ini telah berhasil dalam mengembangkan kawasan ekowisata mangrove untuk pencegah abrasi alami.

"Pemerintah setempat diharap dapat mengembangkan inovasi ini di beberapa lokasi konservasi mangrove seperti Kabupaten Bengkalis, Pulau Rupat dan Kepulauan Meranti," kata Syamsuar.

Manajer Umum Pertamina Unit Pemurnian II Dumai, Didik Bahagia, mengatakan melalui program sosial kemasyarakatan pihaknya terus berupaya memberikan kontribusi nyata bagi lingkungan dan masyarakat, termasuk program ekowisata mangrove ini.
Baca juga: Bupati Bengkalis Riau minta pengembangan wisata mangrove ditingkatkan tarik wisatawan


Dijelaskannya, program ini kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengolahan produk mangrove, sekaligus penyediaan pusat informasi pendidikan mangrove di Mangrove Education Center, serta perbaikan kualitas lingkungan yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.

"Pengembangan ekowisata ini merupakan paket komplit penggabungan beberapa aspek dari pilar program-program Pertamina, dan kami berharap manfaatnya dirasakan masyarakat," kata Didik.

Pengembangan kawasan ekowisata ini salah satu inovasi utama Pertamina RU II di Sungai Pakning dalam rangka kembangkan pemecah ombak alami atau TRIMBA (Triangle Mangrove Barrier) yang memanfaatkan kayu nibung sebagai bahan utama.

Inovasi TRIMBA ini dikembangkan sebagai buah pemikiran bersama antara perusahaan dengan masyarakat yang berfokus kepada solusi bagi kerusakan lingkungan mangrove.

Seorang tokoh masyarakat setempat, Alpan mengatakan dahulunya lokasi ini hanya berupa semak belukar dengan kondisi abrasi parah yang mengakibatkan harus dipindahnya pemukiman warga.

Ditambahkannya, lokasi ini dapat diselamatkan dengan adanya pendampingan dari Pertamina RU II Sungai Pakning sejak tahun 2017 melalui Program Konservasi Mangrove, Pengolahan Hasil Perikanan serta Budidaya Ikan Nila Air Payau.

"Keberadaan ekowisata mangrove ini banyak memberikan manfaat bagi kami. Salah satunya kekhawatiran akan terjadinya abrasi dapat dikurangi. Belum lagi aktivitas ibu-ibu yang bisa lebih padat karya dengan bonus tambahan penghasilan untuk rumah tangga," sebut Alpan.
Baca juga: Bangkitkan sektor pariwisata yang nyaris lumpuh akibat pandemi COVID-19 Provinsi Riau terapkan "Gerakan BISA"