Bandarlampung (ANTARA) - Akses keluar dan masuk Pulau Pasaran terputus karena jembatan yang menghubungkan daratan dengan pulau penghasil ikan asin itu terendam rob atau
pasang besar air laut.
Salah seorang warga Pulau Pasaran, Rion Aprilando, saat dihubungi dari Bandarlampung, Senin, mengatakan, bahwa banjir rob seperti ini memang kerap terjadi dalam setahun di Pulau Pasaran.
"Bulan ini sudah beberapa kali air laut naik tinggi, mungkin tiga sampai empat kali," kata dia.
Namun, lanjut dia, hari ini banjir rob cukup parah dan tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya hingga masuk ke dalam pemukiman setinggi betis orang dewasa.
"Biasanya bila pun air laut naik hanya akan memutus atau merendam sepertiga jembatan yang merupakan akses masuk dan keluar wilayah ini serta menggenangi tempat penjemuran ikan teri asin, itu juga airnya semata kaki," jelasnya.
Ia pun meminta kepada pemerintah daerah agar memperbaiki, memperlebar serta meninggikan jembatan tersebut.
"Posisi jembatan itu dari arah luar tinggi sedangkan sampai pintu masuk ke pulau sedikit menurun kalau bisa itu di sama ratakan dan dilebarkan agar bisa becak bermotor bisa dua arah jalannya, serta saat air laut naik tidak terendam," kata dia.
Hal senada diungkapkan oleh salah satu warga Pulau Pasaran lainnya, Sarnoto.
Ia mengatakan bahwa naiknya air laut hingga ke permukaan itu kerap terjadi pada pagi dan malam hari.
"Kalau pagi sekitar jam 0.7.30 WIB hingga-10.00 WIB air naik tapi siang sudah surut kembali, jadi kita ga bisa keluar masuk jika pasang karena jembatannya juga terendam," kata dia.
Tidak hanya akses masuk atau jembatan menuju sentra produksi ikan asin itu saja yang terendam pasang air laut, namun wilayah kota Karang yang berseberangan dengan Pulau Pasaran juga terkena imbasnya.
Sejumlah ruas jalan dan rumah di sana juga digenangi oleh air laut yang naik ke badan jalan, seperti Jalan Telukbone dan dan Telukbone II, Kelurahan Kota Karang, Teluk Betung Timur.