Bengkulu (ANTARA) - Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Bengkulu mengkritik pemberlakuan protokol penanganan COVID-19 di Provinsi Bengkulu yang dinilai lemah dan tidak berjalan baik.
Koordinator Tanggap Darurat Bencana MDMC Bengkulu, MS Akhiry mengatakan, kurangnya pemberlakuan protokol penanganan COVID-19 itu terlihat dari lemahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah terhadap mereka yang diduga terpapar virus corona jenis baru.
Salah satunya, kata Akhiry, saat ini banyak ditemukan orang yang sudah diambil spesimen swab namun masih berkeliaran.
"Seharusnya orang yang sudah diambil spesimen swab itu dia tidak boleh beraktivitas di luar dan harus melakukan isolasi mandiri sampai hasil swab dari laboratorium itu diketahui," kata Akhiry di Bengkulu, Minggu.
Kritik itu disampaikannya mengingat salah satu dari 37 orang yang dinyatakan terkonfirmasi positif COVID-19 di Bengkulu masih beraktivitas dan bertemu banyak orang setelah sampel swabnya dikirim ke laboratorium.
Akibatnya, lebih dari puluhan orang diduga telah berinteraksi dan kontak erat dengan kasus positif tersebut.
"Sekarang hasilnya sudah tahu bahwa yang bersangkutan positif COVID-19, selama ini setelah diambil swab dia tidak melakukan isolasi mandiri dan akibatnya sudah terlanjur banyak kontak dengan orang lain," paparnya.
Akhiry meminta Pemerintah Provinsi Bengkulu bisa lebih serius menghadapi pandemi COVID-19 ini dan menjalankan protokol penanganan COVID-19 dengan baik.
Apalagi, kata dia, Bengkulu saat ini sudah menjadi daerah transmisi lokal dan terjadi lonjakan kasus konfirmasi positif yang cukup signifikan.
"COVID-19 ini tidak mengenal pejabat publik, siapa saja bisa terinfeksi. Jadi pengawasan terhadap mereka yang diduga terpapar memang harus dilakukan dengan baik meskipun orang itu adalah pejabat publik," tegas Akhiry.
Akhiry juga meminta Pemerintah Provinsi Bengkulu memberikan informasi yang utuh kepada masyarakat tentang siapa saja yang telah terinfeksi virus korona jenis baru yang menyebabkan COVID-19 ini.
Hal itu agar masyarakat bisa lebih waspada dan menghindari kontak dengan mereka yang diduga terpapar ataupun mereka yang sudah dinyatakan positif COVID-19.
"Penyakit ini bukan aib sehingga informasi mengenai siapa yang tertular sangat penting diberikan kepada masyarakat agar angka yang positif bisa ditekan. Kalau dirahasiakan kita tidak tahu apakah kita pernah kontak atau tidak dengan mereka yang positif itu," demikian Akhiry.
Berita Terkait
OJK sebut stimulus restrukturisasi kredit COVID-19 capai Rp830,2 triliun
Minggu, 31 Maret 2024 20:06 Wib
Kemenkes sebut sisa 5,22 juta vaksin COVID-19 gratis bagi berisiko tinggi
Senin, 25 Maret 2024 20:49 Wib
Seorang WNI "overstay" di Jepang meninggal akibat COVID-19
Kamis, 25 Januari 2024 21:41 Wib
Dokter spesialis: Perhatikan gejala COVID varian baru pada orang tua yang berisiko
Selasa, 9 Januari 2024 12:43 Wib
Wali Kota Depok sebut kasus COVID-19 meningkat
Kamis, 4 Januari 2024 9:31 Wib
Komisi IX DPR sebut kebijakan vaksin COVID-19 berbayar belum tepat
Minggu, 31 Desember 2023 5:19 Wib
Kemenkes: Dua pasien COVID-19 dua varian di Batam meninggal
Selasa, 26 Desember 2023 17:23 Wib
Tinjau Pelabuhan Merak, Menko PMK ajak pemudik lengkapi vaksinasi dan booster cegah COVID-19
Sabtu, 23 Desember 2023 18:57 Wib