Pokdarwis Tulungagung kembangkan agrostroberi rintisan berbasis desa

id wisata rintisan, agrowisata stroberi, tulungagung, dana desa

Pokdarwis Tulungagung kembangkan agrostroberi rintisan berbasis desa

Petani menyemprotkan cairan fungisida pada tanaman strawberi di area rintisan budi daya strawberi di lereng Gunung Wilis, Pagerwojo. Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (28-8-2019). ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko

"Itu sebabnya pada tahun ini desa mengalokasikan sebagian dana desa untuk menyubsidi petani lain yang tertarik membudi daya stroberi seperti yang sudah kami lakukan," kata Budi.
Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Penggiat Pokdarwis di Desa Gambiran, Tulungagung, Jawa Timur, memanfaatkan momentum pengembangan budi daya agrostroberi di daerah itu untuk wisata rintisan berbasis desa.

"Potensi ini kami kembangkan (wisata agrostroberi) karena minat masyarakat untuk memetik sendiri buah stroberi sangat tinggi," kata Ketua Pokdarwis Bumi Idjo Agus Resgiawan ditemui di perkebunan stroberi miliknya, Desa Gambiran, Kecamatan Pagerwojo, Kamis (29/8).

Pemerintah desa setempat disebut mulai melirik potensi tersebut. Alasannya, kata Budi, perkebunan stroberi bisa menjadi ikon wisata desa setempat.

Apalagi, selama ini daerah itu belum atau tidak memiliki objek wisata khas yang bisa membuat desa mereka terkenal dan menjadi daya tarik orang luar daerah datang untuk membelanjakan uangnya ke Desa Gambiran.

"Itu sebabnya pada tahun ini desa mengalokasikan sebagian dana desa untuk menyubsidi petani lain yang tertarik membudi daya stroberi seperti yang sudah kami lakukan," kata Budi.

Menurut dia, nominal dana desa yang dialokasikan memang tidak besar, sekitar Rp5 juta pada tahun 2019.

Namun, dengan jumlah petani yang sudah menyatakan minat menanam stroberi di lahannya ada 10 orang.

Anggaran itu, lanjut Budi, dirasa sudah cukup untuk membeli bibit yang harganya Rp2.500,00 per bibit.

Artinya, Desa Gambiran tahun ini berkomitmen menyediakan bibit stroberi gratis sebanyak 2.000 bibit yang akan dibagikan kepada 10 petani, atau masing-masing mendapat jatah sebanyak 200 bibit.

Selain menjadi momentum perluasan areal perkebunan stroberi, pengembangan kawasan agroforestri akan meningkatkan angka kunjungan wisatawan yang ingin beli dengan pola petik buah langsung ke pohonnya, seperti yang sudah dilakoni Agus Resgiawan bersama kelompoknya setahun terakhir.

Agus sendiri sengaja mendandani perkebunan "mungil" stroberi miliknya dengan berbagai ornamen pemanis dan beberapa wahana sederhana, seperti gazebo, tempat swafoto, dan labeling wisata Bumi Idjo, kemudian dipublikasikan melalui media sosial secara kontinu.

Hasilnya, klaim dia, saban hari angka kunjungan wisatawan di kebun stroberi milik Agus yang seluas 100-an  itu saat musim panen rata-rata mencapai antara 500 dan 750-an orang dalam kurun sebulan.

"Harapannya kalau kebun stroberi daerah kami makin luas dan hasilna bagus, tentu angka kunjungan masyarakat juga tinggi," ujar Agus Resgiawan.