Jadi Gudang Limbah, Nelayan Teluk Lampung Makin Terjepit

id nelayan

Jadi Gudang Limbah, Nelayan Teluk Lampung  Makin Terjepit

NELAYAN PAYANG Makin TERJEPIT. (FOTO ANTARA/Hisar Sitanggang)

Bandarlampung (Antara Lampung) - Sejumlah nelayan kecil yang biasa menangkap ikan di perairan dangkal Teluk Lampung wilayah Kota Bandarlampung, mengeluhkan hasil tangkapan dalam beberapa bulan terakhir makin menyusut akibat pencemaran laut semakin parah.
        
"Air laut sekarang ini seperti berwarna merah. Belum lagi pencemaran sampah seperti plastik bekas pakai yang makin banyak memenuhi perairan dekat sini," kata Herman, salah satu nelayan di perkampungan nelayan Sukaraja Bandarlampung, Senin.
        
Ia menyebutkan, biasanya lebih fokus menangkap ikan baung dan penghasilannya tak menentu setiap harinya.
        
"Kalau lagi panen ikan baung seperti sekarang, bisa mendapatkan hasil tangkapan sebesar Rp85.000, belum dipotong biaya bahan bakar. Sisanya baru dibagi bersama dengan rekan sekerja," katanya.
        
Harga ikan di pesisir Desa Sukaraja Bandarlampung itu juga relatif murah, berkisar Rp10.000-Rp30.000 per kg.
        
Ikan yang dijual juga umumnya berukuran kecil.
        
Para nelayan kecil yang juga disebut nelayan payang di pesisir Desa Sukaraja itu, juga menyebutkan kondisi air laut semakin tercemar akibat limbah batu bara dan sampah non-organik lainnya yang terus mengotori perairan Teluk Lampung.
        
"Kalau musim hujan, kondisi air laut bahkan berubah jadi kemerahan," kata seorang nelayan lainnya.
        
Sampah plastik itu kini terlihat memenuhi semua pesisir Desa Sukaraja.
        
Padahal puluhan tahun sebelumnya, pesisir Desa Sukaraja terkenal dengan keindahan pasir putihnya.