"Penting sekali untuk melakukan rebranding atau memperbaharui citra brand produk hutan bukan kayu di Lampung. Kami menginginkan semua produk kawasan hutan tidak meninggalkan identitas kawasan hutannya," ujar Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung Yanyan Ruchyansyah di Bandarlampung, Sabtu.
Ia melanjutkan kegiatan penyematan identitas kawasan hutan di setiap produk hutan bukan kayu, menjadi salah satu upaya memberikan nilai khusus di setiap produk hutan agar bisa menarik konsumen. Sehingga berdampak secara ekonomi dan secara ekologis sebagai upaya kampanye menjaga hutan kepada konsumen.
"Kami ingin semua diberi jargon produk hasil hutan bukan kayu di kemasan. Jadi konsumen bisa tahu ini produk hasil dari hutan, dan cerita produk petani hutan ini harus tergambar di kemasan. Sehingga melalui menyematkan cerita itu nilai produk hutan bisa meningkat karena ada upaya ekologis yang tergambar dalam setiap produk," katanya.
Dia menjelaskan hingga saat ini pemerintah daerah masih terus berupaya mendorong petani hutan bisa menyematkan identitas kawasan hutan di produknya masing-masing. Sebab penambahan nilai pada produk belum dilaksanakan secara luas oleh petani.
"Produk hasil hutan bukan kayu banyak yang sudah dikembangkan, dan produk-produk petani hutan ini ada pisang, gula aren, madu, olahan minyak atsiri. Ini belum dikurasi dan kami akan mencoba upaya meningkatkan kualitas melalui kurasi, serta sekarang sudah ada yang jual secara daring dan sudah diterima pasar secara luas. Tapi ini belum seirama dengan petani karena hanya ada beberapa kelompok yang sudah menyematkan nilai tambah pada produk dan belum terlalu masif," ucap dia.
Menurut dia, untuk mendorong makin dikenalnya produk hasil hutan, pihaknya pun terus memfasilitasi UMKM milik petani kawasan hutan dalam mempromosikan produknya melalui penyelenggaraan Festival Hutan, sekaligus memperkenalkan produk hutan saat pelaksanaan wisata hutan.
"Mudah-mudahan produk hasil hutan ini bisa masuk ke UMKM Center, tapi saat ini memang belum dan akan kami bantu untuk terus meningkatkan kualitas serta pemasarannya. Banyak sekali produk hasil hutan bukan kayu yang berkualitas baik serta layak jual," tambahnya.