Lampung Timur (ANTARA) - Petani kelapa di Kabupaten Lampung Timur menyebutkan selain hama kwangwung, musim kemarau yang berlangsung lama turut menyumbang penurunan produksi kelapa di daerah itu.
"Masalah kami di lapangan bukan hanya hama kwangwung tapi cuaca. Musim kemarau ini membuat produksi kelapa menurun," ungkap Imam Syafeei, petani kelapa dari Desa Pakuan Aji, pada acara pembukaan Sekolah Lapangan Kelapa Nira di Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, Rabu (8/11) kemarin.
Imam Syafeei mengatakan, selama ini petani tidak tahu caranya mengatasi penurunan produksi kelapa akibat musim kemarau.
"Di Indonesia kan ada musim hujan dan kemarau. Mohon solusinya untuk mengatasi saat musim kemarau," pintanya.
Menurut Lukman Efendi dari Yayasan Widya Erti Indonesia, kelapa adalah tanaman yang menyerap banyak air.
Sedikitnya 1 batang pohon kelapa menyerap 100 liter air perhari.
"Pohon kelapa paling tidak memerlukan 100 liter perhari, itu lah kenapa di perusahan yang membudidayakan kelapa, di sekitar lahan kelapa ada kolamnya," terang Lukman Efendi.
Solusi mengatasi pohon kelapa yang ditanam di perkebunan yang minim sumber daya air, dapat diatasi dengan pemupukan organik.
"Solusinya mudah. Kita buat pupuk organik. Pupuk organik ini dapat menyimpan air. Pohon kelapa yang dipupuk organik, tanahnya lebih lembap," ujarnya.
Strategi lainnya agar kelapa menyerap banyak air, tanah di bawah pohon kelapa dibuat lubang biopori.
"Biopori ini dibuat kecil, dibor seukuran pipa atau dilubangi kecil saja. Didalam biopori ini beri pupuk organik supaya cacing dapat menggemburkan tanah. Kalau tanahnya gembur, air akan cepat masuk," ujar Lukman lagi.
Sejumlah petani kelapa menyebutkan, kwangwung masih menjadi hama yang dikhawatirkan petani kelapa di Lampung Timur. Serangan hama kwangwung mengurangi produktivitas kelapa mereka.
Menurut dia, jika masalah kwangwung teratasi, produksi kelapa meningkat dan petani menjadi semangat bertani.
Lukman Efendi mengatakan mengatasi serangan hama kwangwung adalah dengan memutus siklus hidup kwangwung.
"Lava kwangwung ini hidupnya di sisa batang kelapa yang berada di kebun kelapa. Sisa batang kelapa ini menjadi rumah lava atau embuk. Kita cara memutus siklus hidupnya dengan membersihkan sisa batang kelapa," jelas Lukmam Efendi.
Ketua Kelompok Tani Kelapa Kencana Kecamatan Sekampung Udik Sugiyanto menyebutkan kondisi kelapa di daerahnya 70 persen dalam kondisi baik, 30 persen rusak.
Kondisi kelapa yang rusak atau mati akibat serangan hama kwangwung, dan musim kemarau.
"Efek dari musim kemarau ini pohon kelapa banyak yang mati," sebutnya.
Yanto menyebutkan, sebanyak 40 persen kelapa dimanfaatkan untuk diambil air niranya untuk dibuat gula merah, 60 persen diambil buah kelapanya.
"Harga kelapa perbutir Rp1000, sampai Rp1.500 perbutir," ungkapnya.
Sebagai ketua kelompok tani kelapa dia berharap, pemerintah memberi perhatian kepada petani kelapa.
"Selama ini belum ada pendampingan dari pemerintah, belum ada yang mengkoordinir petani. Selama ini kami hanya mendapat pendampingan dari perusahan dan NGO," sebutnya.
Dia berharap, pemerintah daerah memberi perhatian kepada mereka.