Itera bahas upaya meningkatkan ketangguhan masyarakat hadapi perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi

id lampung, itera, kampus, institut teknologi sumatera

Itera bahas upaya meningkatkan ketangguhan masyarakat hadapi perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi

Itera bahas upaya meningkatkan ketangguhan masyarakat hadapi perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi. ANTARA/HO-Itera

Pemanasan global dan perubahan iklim saat ini, menjadi perhatian dunia.

Bandarlampung (ANTARA) - Institut Teknologi Sumatera (Itera) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Itera mengadakan seminar nasional bertema 'Meningkatkan Ketangguhan Masyarakat dalam Menghadapi Perubahan Iklim dan Mitigasi Bencana Hidrometeorologi', di Aula Gedung Kuliah Umum 1 Itera, Lampung Selatan, Senin, 9 September 2023.

Turut hadir dalam seminar tersebut, Rektor Itera Prof I Nyoman Pugeg Aryantha, Kepala LPPM Itera Prof Yahdi Zaim, Kepala Pusat Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Itera Zadrach Ledoufij Dupe, pakar perubahan iklim Dr Armi Susandi, praktisi dan peneliti iklim dan iklim ekstrem BMKG Siswanto, dan Ketua Forum Rescue Relawan Lampung Aris Gibrant.

Ketua Pelaksana Seminar Kebencanaan 2023 Lesi Mareta menyampaikan seminar tersebut bertujuan memberikan informasi mengenai dampak perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi serta upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat, akademisi, hingga mahasiswa.

Rektor Itera Prof I Nyoman Pugeg Aryantha, dalam sambutan menekankan bahwa pemanasan global dan perubahan iklim saat ini, menjadi perhatian dunia.

“Ini adalah kondisi nyata yang sedang kita hadapi, dan sharing melalui kegiatan seminar semoga memberikan pemahaman kepada mahasiswa,” ujar Rektor.

Rektor menyebutkan beberapa bencana yang diakibatkan dari perubahan iklim, seperti perubahan lama musim kemarau yang saat ini dialami Indonesia. Sebuah kondisi ketidakstabilan cuaca dan iklim yang dapat mengancam ketahanan pangan.

“Biasanya September-Desember sudah memasuki musim hujan, akan tetapi sampai saat ini belum juga hujan, dan prediksi BMKG kemarau ini akan berlangsung hingga awal tahun depan,” ujar Rektor.

Rektor menekankan, fenomena yang terjadi akibat perubahan iklim tidak dapat dihindari. Namun masyarakat dapat melakukan upaya mitigasi, serta dapat melakukan kajian yang dapat menghasilkan inovasi dan teknologi yang dapat memprediksi kondisi alam ke depan, dan mencarikan solusi atas permasalahan.

Fenomena yang terjadi akibat perubahan iklim tidak dapat dihindari. Namun masyarakat dapat melakukan upaya mitigasi, serta dapat melakukan kajian yang dapat menghasilkan inovasi dan teknologi yang dapat memprediksi kondisi alam ke depan, dan mencarikan solusi atas permasalahan.


Badai Ekstrem

Dalam pemaparannya, pakar perubahan iklim Dr Armi Susandi menyampaikan salah satu dampak perubahan iklim yang dihadapi Indonesia yaitu bahaya badai ekstrem. Terlihat bahwa dalam 2 dekade terakhir kejadian siklon tropis yang tembus ke wilayah Indonesia semakin meningkat disertai tingkat keparahannya.

“Dalam kondisi perubahan iklim yang semakin kompleks, Indonesia perlu beradaptasi dengan solusi inovatif dan berbasis alam untuk bertahan dari badai dan tantangan terkait iklim lainnya,” ujar Armi.

Armi juga memaparkan data Masa Kini Indonesia dalam Ancaman Perubahan Iklim. Hingga 4 Oktober tahun 2023, telah terjadi 3.063 bencana alam dengan 99,15 persennya merupakan bencana hidrometeorologi. Hingga akhir tahun 2023 bencana hidrometeorologi akan didominasi oleh karhutla dan kekeringan yang dipicu oleh El Nino, serta hujan ekstrem yang akan terjadi di akhir tahun.

Di akhir sesi, Armi menyampaikan upaya bertahan yang dapat dilakukan Indonesia, dari badai di masa depan yaitu pendekatan efektif mengatasi perubahan iklim di Indonesia dengan memanfaatkan NbS (Nature-based Solutions) yang telah didigitalisasi agar terpantau, terukur, dan terintegrasi.

Lalu, melakukan upaya kolaboratif antara komunitas, pemerintah, dan organisasi lain dapat membantu mengembangkan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan. Serta dalam menghadapi isu jangka panjang, diperlukan peranan yang kuat untuk memastikan adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim secara berkelanjutan.

Praktisi dan peneliti iklim dan iklim ekstrem BMKG Siswanto, dalam kesempatan tersebut membawakan materi seputar pengaruh perubahan iklim terhadap menurunnya kualitas udara dan proyeksi iklim ekstrem di Indonesia.

Sementara Ketua Forum Rescue Relawan Lampung Aris Gibrant mengkaji pentingnya peran pentahelix yang terdiri dari pemerintah, akademisi, masyarakat, dunia usaha, dan media massa dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana.
Baca juga: Itera bentuk Tim Sigap tangani kebakaran lahan
Baca juga: Prodi Teknik Kelautan Itera sosialisasi mitigasi bencana tsunami kepada pelajar