Polisi ini yakinkan warga, lahan tandus di perbatasan NTT- Timor Leste bisa diubah jadi lahan subur

id Kapolda NTT, Kota kupang,Bripka Nasrul,NTT

Polisi ini yakinkan warga, lahan tandus di perbatasan NTT- Timor Leste bisa diubah jadi lahan subur

Bripka Nasrul bersama Matias petani di Desa Maneikun sedang merawat tomat Lahurus di kebun. ANTARA/Ho-Humas Polda NTT

Kupang (ANTARA) - Matias Moruk seakan tak percaya saat seorang anggota kepolisian datang menemui dirinya dan meminta izin untuk mengolah lahan miliknya yang selama ini lebih sering dibiarkannya tak terurus.

Apalagi, Bripka Nasrul Ikhwan Ninong, anggota polisi itu, bermaksud menjadikan lahan Matias yang seluas hampir satu hektare itu sebagai kebun tomat.

Bukannya gembira, Matias justru pesimistis. Warga perbatasan Nusa Tenggara Timur dengan Timor Leste itu, tepatnya di Desa Maneikun, Kecamatan Lasioat, Kabupaten Belu, menganggap sulit untuk membudidayakan tomat di lahan tersebut karena tak ada bibit.

Namun, Bripka Nasrul Ikhwan Ninong, berusaha meyakinkan Matias. Kanit Samapta Polsek Lasiolat itu menyatakan kesanggupannya untuk mengusahakan bibit tomat.

Pada 22 April 2022, dimulailah usaha membangunkan lahan tidur itu. Bripka Nasrul terlibat langsung dalam proses pembersihan lahan. Tak jarang dengan masih mengenakan baju dinasnya.

Kerja keras itu pun mulai terlihat hasilnya. Kini, di atas lahan Matias Moruk dikembangkan sekitar 700 tanaman tomat lahurus khas daerah Lasiolat.

Tomat lahurus merupakan satu-satunya jenis tomat yang memiliki buah besar dan langka karena tomat itu hanya bisa tumbuh di beberapa desa dalam wilayah Kecamatan Lasiolat, Kabupaten Belu dan tidak ada di daerah lain.

Selain fokus untuk budi daya tanaman tomat, di lahan itu juga ditanam cabai serta berbagai jenis sayur-sayuran.

Matias dan Bripka Nasrul sudah bersepakat bahwa hasil panen dari kebun tomat itu akan dijual di pasar dan akan dibawa ke Kota Atambua bahkan sampai Malaka serta Kefamenanu Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Harga tomat lahurus berkisar antara Rp100 ribu hingga Rp125 ribu per kilogram.


 
Upaya Kambtimas yang dilakukan oleh Bripka Nasrul di rumah warga. ANTARA/Dok-Bripka Nasrul



Banyak lahan tidur

Hamparan lahan tidur di Desa Maneikun memang sangat luas. Setiap warga di desa tersebut masing-masing mempunyai lahan seluas satu hektare. Hanya topografinya berbukit-bukit.

"Saya termotivasi dengan potensi di daerah ini. Apalagi banyak lahan kosong atau lahan tidur yang belum dikelola dengan baik, padahal banyak air di sini," kata Bripka Nasrul ketika ditemui di Atambua, Senin (25/7).

Ia pun menjadikan lahan Matias sebagai proyek percontohan. Ia ingin menunjukkan bahwa di musim kemarau pun lahan-lahan itu bisa produktif.

Berbekal pengetahuan bertani dari ayahnya, pria kelahiran Bajawa 37 tahun lalu itu pun memulai mewujudkan keinginannya itu.

Bripka Nasrul juga punya mimpi untuk memanfaatkan lahan kosong itu untuk membudidayakan komoditi yang lain, termasuk membudidayakan perikanan air tawar sehingga warga setempat punya banyak kesibukan dan bertambah penghasilannya.

Bripka Nasrul pun ingin menunjukkan bahwa dengan bertani pun masyarakat bisa memperoleh penghasilan untuk memenuhi ekonomi keluarga sehingga tidak perlu terlalu berorientasi untuk menjadi pegawai.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bripka Nasrul bangunkan lahan tidur di perbatasan