Jakarta (ANTARA) -
Pengungsi mandiri korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, memanfaatkan lampu bertenaga surya sebagai penerangan darurat karena aliran listrik yang masih belum pulih.
Para pengungsi mandiri di Desa Pululera, Kecamatan Walanggitang, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur itu memanfaatkan sebanyak delapan lampu bertenaga surya bantuan yang disalurkan oleh lembaga filantropi Dompet Dhuafa.
"Posko ini masih sulit penerangan karena belum ada aliran listrik yang putus setelah erupsi. Sempat menggunakan genset, namun ada yang tidak berfungsi, ada pula yang tidak memiliki bahan bakar yang cukup,” kata Theresia Jaja Seda pengungsi mandiri di Desa Pululera dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Theresia menjelaskan bahwa sebelumnya ia bersama para pengungsi lainnya menggunakan lampu pelita. Namun, sulit bagi mereka untuk menggunakan lampu tradisional itu karena harus memperoleh sumbu dan minyak tanah yang cukup langka.
Hal ini dikarenakan lokasi pengungsian Desa Pululera bukanlah jalur utama yang dilewati banyak orang, termasuk juga membuat petugas gabungan, sehingga sulit untuk mengirimkan bantuan kepada para pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki itu.
Penanggung jawab penanganan korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa, Taqi Falsafati mengatakan bahwa lampu energi terbarukan ini diprioritaskan untuk pengungsi yang masuk dalam kelompok rentan seperti lansia, ibu hamil, ibu menyusui hingga balita.
Tim Dompet Dhuafa bersama warga memasang panel menggunakan kayu atau bambu yang tertancap di tanah, ada pula yang diletakkan di atas pohon, mengingat lokasinya berada di kawasan hutan.
Taqi memastikan, kini para pengungsi tidak lagi merasakan kegelapan malam yang mencekam dengan lampu tenaga surya karena mereka cukup mengarahkan alat panelnya untuk menyerap sinar matahari maka lampu akan menyala seketika.
Tim Disaster Management Center (DMC), Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC), dan Dompet Dhuafa Nusa Tenggara Timur juga akan terus berusaha memberikan pelayanan terbaik bersama dengan instansi pemerintah untuk meringankan beban para korban yang mengungsi ke berbagai titik di Flores Timur.
Selain menyalurkan lampu tenaga surya, lembaga filantropi ini juga mendirikan dapur umum, pos hangat, mendistribusikan air bersih, layanan medis, taman ceria, dan kebutuhan sanitasi darurat di Flores Timur.
“Kawan baik, mari doakan dan ulurkan tangan untuk membantu kawan-kawan penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang sudah lebih 25 hari hidup di pengungsian. Semoga penyintas selalu berada di bawah perlindungan dan kasih sayang Tuhan Yang Maha Esa,” kata dia.*
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pengungsi mandiri dampak erupsi Lewotobi manfaatkan lampu tenaga surya