Ponorogo (ANTARA) - Ruang layak untuk bermukim dan kelas belajar memang dibutuhkan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Hasan Munadi Ponorogo karena santri semakin banyak, terlebih bangunannya yang menggunakan dinding triplek juga atap anyaman bambu semakin termakan usia. Ustadz Adi juga jelaskan, asrama santri yang berukuran 6×6 meter di sana, ada yang berisi hingga 38 santri.
Terkadang, pembelajaran dilakukan pula di ruang itu.
“Kondisinya memang doyong dan bocor, jadi paling urgent memang butuh ruang kelas. Sekarang, beberapa ruang itu kami rubuhkan agar tidak beresiko membahayakan anak-anak. Sebagian pembangunan juga kami lakukan, namun terkendala biaya juga. Jadi saat ini pun santri kelasnya bergantian, kadang kita lakukan pembelajaran di Masjid dan atau di asrama,” jelasnya, Jumat (11/3)
Tiap bulannya, para santri Ponpes Hasan Munadi ada yang berbayar penuh Rp200,000,- (dua ratus ribu rupiah).
Harga tersebut sudah merupakan biaya sekolah, pengasuhan, makan, listrik, juga air. Ada juga yang membayar setengah biaya, Rp100,000 (seratus ribu rupiah), bahkan ada yang tidak berbayar (digratiskan) kepada santri dhuafa dan atau yatim piatu.
“Tapi dari play group, disini sudah dibimbing untuk penghafal dan mempelajari Qur’an. Keunggulan lainnya, disini ada bidang kaligrafi, qiro’ah, juga olah raga. Bahkan santri juga belajar bertani sebagai pembelajaran pemberdayaan ekonomi, seperti menggarap sawah dan kebun. Menanam padi, jagung, bawang merah, pisang raja, dan alpukat,” imbuh Ust. Adi.
Sebelumnya, Ust. Adi juga merupakan salah satu santri Ponpes Hasan Munadi Ponorogo. Sebagai santri di sana, hatinya turut tergerak mewakafkan dirinya mengabdi kepada Ponpes Hasan Munadi Ponorogo dan menjadi salah satu pengurus.
“Dulu itu saya lulusan SMA, bukan Pesantren. Kala itu ada keinginan untuk mondok, hanya tiga bulan, karena ingin lanjut kuliah di Yogyakarta. Bermula dari rekomendasi saudara untuk mondok di Ponpes Hasan Munadi, disini saya nyaman, betah, dan merasa ada kedekatan dengan pengurus Ponpes ini. Suasananya juga asri, dekat perbukitan dan sungai. Kalau saya tahu dari dulu, inginnya langsung mondok saja,” akunya.
“Mondok 1,5 tahun di sini, akhirnya saya putuskan untuk kuliah di Ponorogo saja. Sempat pulang ke Riau, dua minggu di sana itu untuk mengurus surat pindah, sekarang sudah menetap disini, KTP saya Ponorogo. Saya ingin mengaji dan mengabdi disini. Menuntut ilmu tidak ada kata terlambat, bahkan sampai akhir hayat,” pungkas Ust. Adi.
Tentang Dompet Dhuafa
Dompet Dhuafa adalah lembaga Filantropi Islam yang berkhidmat dalam pemberdayaan kaum Dhuafa dengan pendekatan budaya melalui kegiatan filantropis (welasasih) dan wirausaha sosial. Selama 28 tahun lebih, Dompet Dhuafa telah memberikan kontribusi layanan bagi perkembangan umat dalam bidang sosial, kesehatan, ekonomi, dan kebencanaan serta CSR.
Berita Terkait
Dompet Dhuafa salurkan air bersih bagi penyintas Gunung Lewotobi Laki-laki
Kamis, 14 November 2024 7:28 Wib
Dompet Dhuafa dirikan pondok Pesantren Modern Az Zahra
Selasa, 12 November 2024 6:58 Wib
Dompet Dhuafa dirikan pos layanan bagi penyintas erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki
Senin, 11 November 2024 0:44 Wib
PT AIA Financial bersama Dompet Dhuafa hadirkan poliklinik di RS AKA Medika Sribhawono Lampung Timur
Rabu, 6 November 2024 18:34 Wib
Samudera Indonesia-Dompet Dhuafa bangun sumur bor untuk warga Jatimulyo, Lampung
Rabu, 6 November 2024 18:24 Wib
Samudera Indonesia - Dompet Dhuafa Lampung salurkan school kit untuk pelajar di pelosok Lampung
Senin, 4 November 2024 9:13 Wib
Dompet Dhuafa gaungkan pemberdayaan pengrajin batik melalui festival musik
Minggu, 3 November 2024 6:17 Wib
LKC Dompet Dhuafa bersama YBM BRILian hadirkan program BUN bagi warga Aceh
Minggu, 27 Oktober 2024 19:00 Wib