PTPN VII salurkan dana PUMK Rp1,57 miliar di Bengkulu

id ptpn 7, bri, umk

PTPN VII salurkan dana PUMK Rp1,57 miliar di Bengkulu

PTPN VII salurkan dana PUMK Rp1,57 miliar di Bengkulu via BRI (ANTARA/HO)

Bandarlampung (ANTARA) - PTPN VII menyalurkan dana Program Pendanaan Usaha Kecil dan Mikro (PUMK) senilai Rp1,573 miliar kepada 44 pelaku usaha mikro dan kecil di Provinsi Bengkulu.

"Bersinergi dengan BRI Cabang Bengkulu dalam  PUMK, PTPN VII mengalokasikan dana tersebut untuk membantu para pelaku usaha mikro dan kecil dalam mengembangkan usahanya,"kata 
Kasubbag Humas, Protokoler, Kantor Penghubung & TJSL PTPN VII Ina Sitompul, dalam keterangan yang diterima di Bandarlampung, Jumat.


Ia mengatakan, program PUMK merupakan program Kementerian BUMN dimana PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI ditunjuk sebagai pengelola kerja sama PUMK dengan BUMN atau anak usaha BUMN pemilik dana. 

Pendanaan diberikan dalam bentuk pinjaman modal usaha yang dikenakan jasa administrasi 3 persen per tahun. Kebijakan kerja sama program PUMK ini diharapkan dapat menciptakan nilai tambah atas pengelolaan program PUMK dengan tetap menjaga tujuan untuk meningkatkan kemampuan bisnis UMK. 


Program PUMK ini adalah bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) BUMN kepada masyarakat.

 "Sejak akhir tahun 2022 PTPN VII bekerja sama dengan BRI dalam program PUMK dan dana TJSL untuk pembinaan usaha mikro dan kecil disalurkan melalui BRI," ujar Ina

Menurutnya,  PUMK adalah bentuk penyaluran TJSL yang sebelumnya dikenal dengan istilah Program Kemitraan. 

"Selama ini kami menyalurkan sendiri  dalam bentuk pinjaman modal usaha untuk pelaku UMK. Kami menyebutnya sebagai Mitra Binaan karena selain pinjaman tanpa bunga, kami juga membina mereka secara teknis. Kami beri mereka pelatihan manajemen keuangan, perbaikan produk, pemasaran, pengemasan, juga cara promosi. Bahkan kami sering memberi kesempatan mereka ikut pameran dalam event-event tertentu bersama kami,” kata Ina. 

Selain Program TJSL PUMK, PTPN VII juga mengalokasikan dana untuk TJSL Non PUMK, yang lebih bersifat charity atau filantropi. Ina menyatakan bahwa PTPN VII selalu berupaya hadir untuk masyarakat di sekitar perusahaan dalam bentuk kepedulian dan respon terhadap kebutuhan masyarakat, baik di bidang ekonomi, sosial, lingkungan, serta hukum dan tata kelola. 

Tentang dana UMK yang disalurkan di Provinsi Bengkulu, Manager Bisnis Mikro Bank BRI Bengkulu Taufik Alamsyah mengatakan, pihaknya melaksanakan sesuai aturan yang disepakati. 

Ia mengaku, pihaknya mendapat mandat dari Kementerian BUMN untuk menyalurkan dana TJSL dari BUMN. 

“Kami mendapat mandat untuk menyalurkan dana TJSL dari BUMN ini sangat menarik karena jasa administrasi yang dikenakan relatif sangat rendah, PUMK ini dikenakan hanya 3 persen per tahun,” kata dia.

Ia mengaku mendapat banyak sekali proposal pinjaman PUMK ini dari berbagai latar belakang. Namun, sesuai mandat dan amanat dari BUMN dan tujuan dari program ini, pihaknya menyeleksi dengan ketat terhadap setiap proposal yang masuk. Persyaratan utama, kata dia, peminjam harus memiliki usaha yang sudah berjalan dan membutuhkan tambahan modal untuk pengembangan.

“Untuk PUMK ini, sesuai dengan amanatnya adalah untuk membantu pelaku usaha kecil. Itulah mengapa pinjaman maksimalnya juga hanya sampai Rp50 juta. Tetapi, semua aturan mainnya menggunakan standar perbankan, dalam hal ini BRI. Mungkin ini yang agak berbeda dengan sebelumnya,” kata dia.

Salah satu pelaku usaha kecil yang mendapat modal usaha dari PUMK PTPN VII adalah Dimas Suseno (26 th) yang tinggal di Jalan Kandang, Pulau Baay, Bengkulu mengaku sangat terbantu dengan pinjaman dana dari PTPN VII yang disalurkan melalui BRI ini. Dimas yang membuka usaha kuliner berupa sate taichan secara offline (lesehan) dan order via online ini mengaku lebih leluasa dengan tambahan modal ini.

Didampingi Sarah, calon istrinya, Dimas memulai bisnis makanan siap saji yang sedang tren itu di Jalan Soeprapto, Kota Bengkulu. Bermodal peralatan ala kadarnya, ia menyewa lapak di pinggir jalan protokol yang dikenal banyak mudi-mudi nongkrong menikmati malam di Kota Bengkulu.

“Saya mulai buka lapak sate taichan di Jalan Soeprapto setahun yang lalu. Kebetulan waktu itu lagi tren sate taichan di Bengkulu. Alhamdulillah cukup berkembang mulai banyak pelanggan setia. Tetapi, belakangan kami off dulu di situ (Soeprapto) dan pindah ke dekat rumah. Tetapi untuk order online tetap jalan. Kami pakai nama akun Sate Taichan Bu Dewi. Jadi, nggak vakum,” kata dia.

Menghadapi semakin banyaknya gerai sate taichan di Bengkulu, Dimas mengaku sudah menyiapkan beberapa varian menu baru. Ia juga sedang menyiapkan tempat yang lebih representatif untuk kongko-kongko anak muda dan kaum milenial.

Soal keahliannya memasak, baik Dimas maupun Sarah mengaku lebih bersifat autodidak. Namun, hasil racikan beberapa menu makanan dan minumannya cukup mendapat respons pelanggan.

“Sebenarnya saya Sarjana Hukum dan menekuni bidang desain grafis. Sarah juga ngga pernah kursus masak karena dia Sarjana Ekonomi. Tetapi kami memang sering eksplorasi makanan dan mencoba meracik sendiri. Kemudian kami beranikan untuk berjualan,” kata dia.

Kepada PTPN VII, Dimas menyampaikan terima kasih atas program TJSL yang bisa ia dapatkan. Ia menilai, di tengah sempitnya lapangan kerja formal bagi anak muda atau mahasiswa yang baru lulus, program PUMK ini adalah model yang sangat baik untuk mengembangkan jiwa enterpreneur.

“Saya kira, ini sangat baik. Memberi kepercayaan kepada fresh graduate untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri sehingga anak muda seperti kami tidak terlalu mengejar pekerjaan formal. Terima kasih PTPN VII dan BRI. Semoga sukses terus,” kata Dimas.