Lampung kembangkan kawasan hortikultura bawang merah jaga stabilitas harga
Bandarlampung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung mengembangkan kawasan hortikultura bawang merah di wilayahnya guna menjaga stabilitas harga komoditas tersebut di pasaran.
"Komoditas hortikultura di Lampung cukup banyak ada buah dan sayur. Namun saat ini fokus dalam pengembangan bawang merah yang memang sering menimbulkan inflasi," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung Bani Ispriyanto di Bandarlampung, Senin.
Ia mengatakan pengembangan kawasan hortikultura bawang merah tersebut akan dikembangkan kembali dengan luas area tambahan 100 hektare dari luas total yang telah ada sebanyak 150 hektare.
"Kalau di sini ada beberapa sentra bawang merah seperti di Kabupaten Lampung Selatan, Tanggamus, dan Pringsewu. Nanti ada juga perluasan tapi masih rancangan, luas sekarang perkirakan sekitar total 150 hektare dan pengembangan ke depan sekitar 100 hektare. Untuk produksi tergantung dengan lahan kalau pengelolaan bagus bisa maksimal," katanya.
Dia menjelaskan selain bawang merah dikembangkan pula komoditas cabai dengan sentra yang berada di Kabupaten Lampung Selatan, Tanggamus, Pringsewu dan Lampung Tengah.
"Cabai ini memang masih beberapa area di kabupaten karena budidayanya perlu ketelitian dan berisiko tinggi. Kalau produksi komoditas bisa maksimal maka dapat mengatasi inflasi, artinya harga tidak terlalu tinggi dan petani tetap bisa mendapatkan keuntungan," ucap dia
Menurut dia, dengan adanya perluasan penanaman komoditas yang rawan menimbulkan inflasi di daerah dapat menjaga stabilitas harga di pasaran saat pasokan komoditas dari sentra produksi di luar daerah mengalami kendala produksi.
"Saat ada kendala dari daerah penghasil komoditas misalkan bawang merah atau cabai, disini dengan dikembangkan kawasan tersebut dapat menjaga agar distribusi di pasaran lancar dan harga pun stabil," tambahnya.
Tanggapan atas adanya pengembangan kawasan hortikultura bawang merah dan cabai pun disambut positif oleh salah seorang pedagang di Pasar Tradisional Tugu Kota Bandarlampung, Rien.
"Memang harus ada pengembangan tanaman yang sering mengalami kenaikan harga terutama di musim hujan seperti cabai dan bawang di Lampung. Ini bisa dikatakan sebagai stok cadangan saat distribusi dari Jawa tersendat," kata Rien.
Dia mengharapkan dengan adanya kawasan bawang merah dan cabai di Lampung harga kedua komoditas tersebut di pasar bisa lebih stabil.
"Keinginan kami pedagang, harga stabil, jadi pembeli pun tetap membeli dan perputaran uang di pasar tetap terjaga," kata dia lagi.
Diketahui berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung pada 2022 untuk komoditas bawang merah total luas panen ada 235 hektare yang ada di delapan kabupaten, dan produksi mencapai 17.267 kuintal, sedangkan produktivitas per area tanam 73,63 kuintal per hektare.
Sedangkan untuk komoditas cabai besar pada 2022 luas panennya seluas 1.515 hektare, produksinya 69.146 kuintal, dan produktivitasnya sebanyak 45,64 kuintal per hektare.
Lalu cabai rawit luas panen pada 2022 seluas 2.009 hektare dengan produksi 111.934 kuintal dan produktivitas 55,72 kuintal per hektare, untuk cabai keriting luas area panen 3.153 hektare, produksi mencapai 227.202 kuintal serta produktivitas 72,06 kuintal per hektare.
"Komoditas hortikultura di Lampung cukup banyak ada buah dan sayur. Namun saat ini fokus dalam pengembangan bawang merah yang memang sering menimbulkan inflasi," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung Bani Ispriyanto di Bandarlampung, Senin.
Ia mengatakan pengembangan kawasan hortikultura bawang merah tersebut akan dikembangkan kembali dengan luas area tambahan 100 hektare dari luas total yang telah ada sebanyak 150 hektare.
"Kalau di sini ada beberapa sentra bawang merah seperti di Kabupaten Lampung Selatan, Tanggamus, dan Pringsewu. Nanti ada juga perluasan tapi masih rancangan, luas sekarang perkirakan sekitar total 150 hektare dan pengembangan ke depan sekitar 100 hektare. Untuk produksi tergantung dengan lahan kalau pengelolaan bagus bisa maksimal," katanya.
Dia menjelaskan selain bawang merah dikembangkan pula komoditas cabai dengan sentra yang berada di Kabupaten Lampung Selatan, Tanggamus, Pringsewu dan Lampung Tengah.
"Cabai ini memang masih beberapa area di kabupaten karena budidayanya perlu ketelitian dan berisiko tinggi. Kalau produksi komoditas bisa maksimal maka dapat mengatasi inflasi, artinya harga tidak terlalu tinggi dan petani tetap bisa mendapatkan keuntungan," ucap dia
Menurut dia, dengan adanya perluasan penanaman komoditas yang rawan menimbulkan inflasi di daerah dapat menjaga stabilitas harga di pasaran saat pasokan komoditas dari sentra produksi di luar daerah mengalami kendala produksi.
"Saat ada kendala dari daerah penghasil komoditas misalkan bawang merah atau cabai, disini dengan dikembangkan kawasan tersebut dapat menjaga agar distribusi di pasaran lancar dan harga pun stabil," tambahnya.
Tanggapan atas adanya pengembangan kawasan hortikultura bawang merah dan cabai pun disambut positif oleh salah seorang pedagang di Pasar Tradisional Tugu Kota Bandarlampung, Rien.
"Memang harus ada pengembangan tanaman yang sering mengalami kenaikan harga terutama di musim hujan seperti cabai dan bawang di Lampung. Ini bisa dikatakan sebagai stok cadangan saat distribusi dari Jawa tersendat," kata Rien.
Dia mengharapkan dengan adanya kawasan bawang merah dan cabai di Lampung harga kedua komoditas tersebut di pasar bisa lebih stabil.
"Keinginan kami pedagang, harga stabil, jadi pembeli pun tetap membeli dan perputaran uang di pasar tetap terjaga," kata dia lagi.
Diketahui berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung pada 2022 untuk komoditas bawang merah total luas panen ada 235 hektare yang ada di delapan kabupaten, dan produksi mencapai 17.267 kuintal, sedangkan produktivitas per area tanam 73,63 kuintal per hektare.
Sedangkan untuk komoditas cabai besar pada 2022 luas panennya seluas 1.515 hektare, produksinya 69.146 kuintal, dan produktivitasnya sebanyak 45,64 kuintal per hektare.
Lalu cabai rawit luas panen pada 2022 seluas 2.009 hektare dengan produksi 111.934 kuintal dan produktivitas 55,72 kuintal per hektare, untuk cabai keriting luas area panen 3.153 hektare, produksi mencapai 227.202 kuintal serta produktivitas 72,06 kuintal per hektare.