Minyak sawit jadi solusi alternatif ketahanan pangan

id AIRLANGGA HARTARTO, CPOPC, MINYAK SAWIT

Minyak sawit jadi solusi alternatif ketahanan pangan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto (kanan) dan Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perkebunan dan Komoditas (MPC) Malaysia Dato' Sri Haji Fadillah bin Haji Yusof usai pertemuan menteri CPOPC ke-11 di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (17/5/2023). ANTARA/Benardy Ferdiansyah

Kuala Lumpur, Malaysia (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto mengatakan minyak sawit sebagai sebagai komoditas strategis telah membuktikan menjadi salah satu solusi alternatif ketahanan pangan.

"Sebagai komoditas strategis, minyak sawit telah membuktikan menjadi salah satu solusi alternatif ketahanan pangan mengingat kondisi geopolitik saat ini di Eropa sebagai akibat Perang Ukraina dan Rusia," ucap Airlangga saat pertemuan menteri Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) ke-11 di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu.

Adapun pertemuan tersebut dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perkebunan dan Komoditas (MPC) Malaysia Dato' Sri Haji Fadillah bin Haji Yusof. Sementara itu, Menteri Pertanian dan Peternakan Honduras Laura Suazo Torres berpartisipasi secara virtual.

Pertemuan tingkat menteri tersebut juga meyakini bahwa minyak sawit akan tetap menjadi bahan baku penting untuk produksi biodiesel sehingga dapat memastikan ketahanan energi dunia dalam jangka panjang.

Meskipun ketersediaan dan pasokan minyak nabati utama masih belum pasti pada 2023, namun minyak sawit masih berpeluang tumbuh karena ketersediaan, keserbagunaan, dan daya saing harganya.

"Kami optimis bahwa produksi palm oil, demand, dan harga akan tumbuh positif di tahun 2023 walaupun banyak tantangan terhadap industrinya dan tentunya kami juga melihat berbagai tantangan terhadap produk CPOPC baik itu di Eropa di India maupun di beberapa negara lain," kata Airlangga.

Ia pun mengapresiasi langkah yang diambil CPOPC untuk melakukan joint visit antara Indonesia dan Malaysia ke Uni Eropa (UE) berkaitan dengan industri kelapa sawit.

Kemenko Perekonomian menginformasikan bahwa untuk mencermati pe