Jakarta (ANTARA) - Konflik Rusia-Ukraina dipastikan akan mempengaruhi agenda awal G20 yang sudah ditetapkan, yaitu mendorong pemulihan ekonomi global dan sekaligus juga menjadi tantangan bagi Indonesia sebagai ketua kelompok negara dengan ekonomi terbesar dunia itu.
“Perang Ukraina-Rusia akan memberi tekanan terhadap pemulihan perekonomian global dan karena itu, yang perlu dilakukan saat ini adalah menghentikan perang dan menjembatani berbagai masalah politik yang menyebabkan peperangan,” kata Sugeng Rahardjo, mantan duta besar Indonesia untuk China yang dihubungi di Jakarta, Minggu.
Sugeng yang juga pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Afrika Selatan itu mengakui bahwa adalah hal yang tidak mudah untuk menyelesaikan konflik tersebut karena kepentingan nasional masing-masing negara yang terlibat konflik.
“Apalagi Rusia merasa di atas angin dan perlu diketahui sanksi ekonomi AS dan Eropa memiliki dampak jangka panjang terhadap perekonomian Rusia. Jelas bahwa suasana konflik akan dibawa dalam KTT G20 di Indonesia,” katanya.
Sebagai ketua G20, Indonesia perlu mengantisipasi perkembangan yang terjadi saat ini dengan mendorong kerja sama seluruh negara Asia yang menjadi anggota G20 untuk secara solid menjadi mesin pertumbuhan global.
“Di sisi lain, salah satu langkah yang dapat dilakukan kelompok Asia adalah menjembatani perbedaan kepentingan AS-NATO dan Rusia di Ukraina agar tidak menjadi fokus pembahasan dalam KTT dan agenda G20, sehingga mengurangi agenda utama mengenai pemulihan perekonomian global,” katanya.
Berkaitan dengan konflik tersebut, Indonesia harus bergerak cepat dengan melakukan pendekatan ke negara-negara Asia yg menjadi anggota G20 untuk bersama-sama --tanpa dipengaruhi kepentingan AS-NATO dan Rusia-- fokus menjadi mesin penggerak perekonomian dunia dengan memanfaatkan Abad Asia.
Selain dampak yang dihadapi oleh Indonesia sebagai ketua G20, dampak lain yang menurut pandangan Sugeng luput dari perhatian selama ini adalah masalah pangan karena Indonesia adalah pengimpor gandum dari Ukraina.
“Kondisi ini akan menyebabkan Indonesia perlu mencari negara lain untuk memasok gandum yang selama ini dipasok Ukraina. Hal ini juga akan memberi tekanan sendiri bagi pengadaan pangan di Indonesia yang akhir-akhir ini menghadapi kelangkaan minyak goreng dan kedelai,” katanya menambahkan.