Jokowi ajak Presiden Tanzania miliki "spirit" KAA Bandung

id Tanzania,KAA,Asia Afrika,Afrika,Joko Widodo,Jokowi,Samia Suluhu Hassan

Jokowi ajak Presiden Tanzania miliki "spirit" KAA Bandung

Presiden Jokowi melakukan pertemuan dengan Presiden Samia di Dar Es Salaam State House, Dar Es Salaam, Republik Persatuan Tanzania, Selasa (22/8/2023). ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden

Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo mengajak Presiden Republik Persatuan Tanzania Samia Suluhu Hassan untuk memiliki semangat yang sama layaknya Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung untuk memperkuat solidaritas antarnegara.

Hal itu disampaikan Presiden Jokowi dalam pertemuannya dengan Presiden Samia di Dar Es Salaam State House, Dar Es Salaam, Republik Persatuan Tanzania.

"Presiden Hassan terima kasih atas penerimaan yang hangat kepada saya dan delegasi, ini adalah kunjungan pertama saya ke Tanzania," ungkap Presiden Jokowi kepada Presiden Samia, berdasarkan keterangan resmi Biro Pers Sekretariat Presiden yang diterima di Jakarta, Selasa.

Setelah lebih dari 30 tahun, Presiden Joko Widodo menjadi Presiden Indonesia selanjutnya yang mengunjungi Republik Persatuan Tanzania dengan membawa semangat untuk memperkuat kolaborasi antarnegara selatan global.

Dalam pertemuan dengan Presiden Samia, Kepala Negara menilai bahwa Afrika dan Indonesia memiliki hubungan kuat yang telah terbangun sejak lama,yakni sejak Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 yang melahirkan Gerakan Non Blok pada 1961.

Oleh karena itu, Presiden Jokowi mengajak Presiden Samia untuk terus memperkuat solidaritas dan kolaborasi antarnegara berkembang melalui semangat yang pernah dimiliki dalam momentum bersejarah Konferensi Asia-Afrika (KAA) dan Gerakan Non-Blok.

"Spirit 'Bandung' harus terus dipertebal, solidaritas dan kolaborasi antarnegara 'The Global South' harus terus diperkokoh," kata Presiden.

Lebih lanjut, Presiden Jokowi menyebut bahwa negara-negara selatan global mencapai 85 persen populasi dunia.

Oleh karenanya, Presiden menilai bahwa sudah seharusnya suara dan kepentingan negara-negara selatan global didengar oleh seluruh dunia, termasuk dalam melakukan lompatan pembangunan.