Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyebutkan vaksin pencegahan African Swine Fever (ASF) atau virus Demam Babi Afrika yang dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) saat ini sedang diuji coba.
Pernyataan tersebut menanggapi kritik Ketua Komisi IV DPR dari Fraksi PDIP Sudin yang meminta agar Kementerian Pertanian (Kementan) lebih memprioritaskan vaksin Demam Babi Arika yang saat ini masih mewabah di wilayah Sumatera Utara.
"Mengenai flu babi, tidak betul kalau dikatakan riset kita enggak jalan. Vaksin-vaksin ini sudah diuji coba di lapangan," kata Syahrul dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR di Jakarta, Selasa.
Hal senada dikemukakan Kepala Balai Besar Veteriner,Kementan, Indi Dharmayanti. Ia mengatakan riset penemuan vaksin tersebut hingga saat ini masih dilakukan antara Balitbangtan dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan.
Menurut dia, Balitbangtan tidak melupakan tugas pokok dan fungsi lembaga tersebut, salah satunya terhadap hewan ternak yang menjadi bagian dari ketahanan pangan.
"Kami masih mengerjakan vaksin untuk ASF, bekerja sama dengan Ditjen PKH, karena memang vaksin ini sulit untuk ditumbuhkan di sini, tetapi kita sudah ada arah ke sana. Jadi kita tidak melupakan tupoksi kita," kata Indi.
Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPR Sudin mengapresiasi adanya inovasi dari Badan Litbang Pertanian, yakni kalung aromaterapi berbahan dasar tanaman eucalyptus yang disebut mampu membunuh virus corona.
Namun demikian ia menilai bahwa Kementan seharusnya dapat menjalankan tugas, pokok dan fungsinya terlebih dahulu, salah satunya pada virus Demam Babi Afrika yang saat ini belum ditemukan vaksin pencegahannya.
"Tugas yang paling penting saat ini untuk negara adalah bagaimana menemukan vaksin virus Babi afrika. Itu yang paling penting dulu, mungkin kalau kita konsumsi babi tidak banyak, tapi di daerah lain seperti di Sumut mungkin banyak," kata Sudin.
Menurut dia, hasil temuan eucalyptus sebaiknya tidak perlu dipublikasikan secara luas mengingat belum melalui uji klinis dan praklinis. Karena penelitian tersebut belum sempurna, Sudin mengkhawatirkan akan terjadi kesalahpahaman di masyarakat.