Padang (ANTARA) - Penetapan bekas tambang Ombilin, Sawahlunto, sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO adalah peluang besar bagi pariwisata Sumbar, karena itu daerah tidak boleh kehilangan momentum tersebut.
"Sekarang orang sedang penasaran dengan Ombilin. Kita tidak boleh terlambat memanfaatkan momentum ini," kata Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Sumbar, Ian Hanafiah, di Padang, Rabu.
Menurutnya bekas tambang Ombilin yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia harus punya sesuatu yang bisa memberikan nilai lebih sehingga wisatawan yang datang tidak kecewa.
Destinasi itu juga tidak bisa berdiri sendiri, harus ada objek wisata lain yang berfungsi sebagai penyokong, misalnya museum atau objek wisata lain yang menarik.
Ia menilai lokomotif uap peninggalan Hindia Belanda yang dijuluki Mak Itam adalah salah satu kekuatan yang dimiliki Sawahlunto. Lokomotif itu bisa difungsikan untuk membawa wisatawan menikmati sensasi masa lalu.
Meski trek yang dilewati pendek, misalnya dua atau lima kilometer, tetapi itu sudah cukup mendukung untuk dijual sebagai sebuah paket wisata yang unik.
"Arahnya pada wisata minat khusus. Jenis wisata ini tidak terlalu memikirkan harga yang mahal, asalkan sesuai dengan pengalaman yang di dapatkan," katanya.
Ian mendorong Pemkot Sawahlunto agar bisa memanfaatkan potensi itu guna menarik wisatawan datang ke daerahnya.
Kepala PT KAI Divre II Sumbar, Fredi Firmansyah memastikan kondisi Mak Itam saat ini laik jalan. Uji coba terakhir dilakukan pada Juli 2019 dan lokomotif itu bisa dijalankan.
Yang dibutuhkan saat ini menurutnya adalah izin operasi dari Ditjen Perkeretaapian dan kepastian keamanan rel. "Kalau itu ada, Mak Itam bisa melayani wisatawan," ujarnya.*