Singaraja (ANTARA Lampung) - Sebanyak 21 seka (grup) gong dari sembilan kecamatan di Kabupaten Buleleng ikut ambil bagian memeriahkan Buleleng Festival 2015 di Tugu Singa Ambara Raja, Singaraja selama empat hari, 4-8 Agustus 2015.
"Lewat festival itu Kami ingin membangkitkan kembali kesenian Gong Kebyar yang di tanah 'Bumi Panji Sakti'," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa, Sabtu.
Ia menjelaskan, pihaknya sebagai panitia pelaksanaan acara akbar itu, telah memantapkan persiapan teknis dalam pembukaan Buleleng Festival 2015 dalam rapat persiapan teknis di Museum Lontar Gedong Kirtya Singaraja, Jumat sore (3/7).
Dalam rapat teknis itu, telah disusun perencanaan berbagai acara menjelang pembukaan Buleleng Festival, termasuk penempatan jarak antara sekaa gong satu dengan lainnya.
"Penempatan posisi ini penting, supaya suara gongnya terdengar selaras ketika mereka tampil pada acara pembukaan nanti," ungkap Suyasa.
Mantan Kepala Badan Pembangunan Daerah (Bappeda) ini menambahkan, pada acara pembukaan salah satu festival terbesar di Buleleng itu, puluhan sekaa gong itu akan tampil di sepanjang Jalan Ngurah Rai, mereka akan tampil berderet di sepanjang jalan utama di Kota Singaraja itu.
"Seniman akan tampil di Jalan Ngurah Rai sepanjang kurang lebih 300 meter, masing-masing seka gong kami tempatkan pada sebuah panggung khusus, satu panggung panjangnya sampai 15 meter," jelasnya.
Seluruh sekaa gong juga harus menyiapkan penari yang membawakan Tari Teruna Jaya serta Tari Wiranjaya. Tari Teruna Jaya mewakili tari kebanggan masyarakat Buleleng Timur, sementara Tari Wiranjaya mewakili ikon tari masyarakat Buleleng Barat.
Buleleng Festival 2015 selain menggunakan areal sekitar patung Singa juga memanfaatkan Gedung Sasana Budaya dan Puri Kanginan, untuk menampilkan beberapa acara tambahan.
Buleleng Festival 2015 mengusung tema "Gurnitaning Denbukit", yang bermakna gemuruh musik di Buleleng, dimana akan lebih banyak mengeksplorasi kesenian musik yang tumbuh dan berkembang di Buleleng, baik itu musik tradisional maupun musik modern.