Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Jensen Bere (52), seorang petani asal Desa Tulakadi, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur melakukan aktivitas seperti biasa, meski warga Kristiani di perkotaan sibuk mencari kue dan baju baru untuk merayakan Natal.
Ia terus membersihkan kebun jagungnya, seperti halnya dengan para petani lainnya yang bermukim di wilayah perbatasan RI-Timor Leste, dari rerumputan liar dan gulma pengganggu tanaman yang sering memusingkan petani dikala tanaman baru merekah.
Mereka tahu bahwa Natal akan segera tiba yang dirayakan umat Kristiani sedunia sebagai hari lahirnya juru selamat dunia Yesus Kristus di sebuah kandang hina di Bethlehem pada 2000 tahun yang lampau.
"Kami tidak ada persiapan khusus untuk merayakan misa Natal malam ini. Yang kami siapkan hanyalah hati kami untuk menyambut kedatangan Yesus Kristus," kata Jensen Bere ketika ditemui di kebun jagungnya di wilayah perbatasan Timor Leste, Senin.
Dalam pemahamannya sebagai seorang petani desa, Natal adalah sebuah reuni tahunan yang terus diperingati gereja untuk mempertebal iman seorang pengikut Kristus.
"Yang kita butuhkan dari makna Natal itu sendiri, yakni soal perubahan sikap dan mental setiap manusia untuk berlaku baik dan mencintai sesama dalam kedamaian. Semua ini bisa tercipta, jika ada kemauan baik dari setiap orang dalam setiap pelaksanaan tugasnya masing-masing".
"Sebagi petani, saya melaksanakan iman saya dengan bekerja sungguh-sungguh menghasilkan penenan yang cukup untuk pemenuhan kebutuhan keluarga saya. Begitupun orang lain, termasuk di antaranya pemerintah, bagaimana melayani rakyatnya dengan baik untuk meningkatkan kesejahateraan," kata Jensen.
Sebagai penganut Katolik, Jensen memahami benar makna Natal dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga Natal sudah menjelang pun, ia tetap terus membersihkan kebunnya dari rerumputan liar agar tidak mengganggu pertumbuhan jagung yang bakal menghasilkan buah berlimpah.
"Kami jarang menyediakan pernak-pernik dan kue serta penganan lain untuk menyambut Natal seperti masyarakat kota, karena keterbatasan ekonomi. Yang kami butuh adalah ketersediaan pangan untuk pemenuhan kebutuhan makan setiap hari," katanya polos.
Hampir sebagian besar penduduk yang bermukim di tapal batas negara atau serambi depan Nusantara itu, masih hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka hanya menggantungkan nasib hidupnya dari sektor pertanian, seperti jagung, umbi-umbian dan kacang-kacangan.
Sehingga Natal sudah menjelang pun, para petani setempat seperti yang ditunjukkan Jensen Bere, tetap mengolah kebunnya seperti biasa, karena bagi mereka Natal hanyalah sebuah refleksi iman semata, tanpa semarak nyata lewat pernak-pernik Natal.
Bagi masyarakat kota, Natal bukan hanya semata sebuah refleksi iman, tetapi harus disemarakan lewat pernak-pernik Natal sebagai simbol kekudusan lahiriah .
Makna Natal
Ibu Theresia, seorang warga Kota Atambua mengaku sudah memasang sejumlah pernak-pernik Natal berupa miniatur pohon cemara sebagai simbol Natal dan gemerlapan lampu melingkar di pohon tersebut, sejak pekan lalu ketika gema Natal mulai membahana di seluruh penjuru kota lewat kidung-kidung Natal.
Menurut dia, Natal yang merupakan peringatan hari kelahiran Yesus Kristus, sehingga harus dirayakan dengan semarak.
Makna Natal sesungguhnya sering mengalami distorsi atau penyelewengan oleh umat Kristiani. Natal hanya dijadikan sebagai ajang acara pesta tutup tahun, melancong, reuni keluarga dan sebagainya.
Model perayaan seperti itu, bukanlah sesuatu yang tabu, namun sering mencederai makna Natal yang sesungguhnya sebagai sebuah refleksi iman tentang hidup saling berdampingan secara damai.
Natal yang sesungguhnya tidak bisa lepas dari Yesus yang lahir ke dunia ini. Itu sebabnya Natal yang pertama diproklamirkan oleh malaikat kepada para gembala di padang adalah berita kelahiran Yesus yang harus disebarluaskan kepada orang lain.
Seorang penafsir kitab suci memaknai Natal sebagai sebuah berita suka cita (Joy) dari Allah yang mana Ia datang ke dunia ini menawarkan kehidupan yang kekal (Everlasting Life) dengan cara menyelamatkan manusia (Salvation) melalui kasih yang tanpa pamrih (Unconditional Love) lewat pengorbananNya (Sacrifice) di atas kayu salib.
Tatkala manusia pertama Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa maka koneksi manusia dengan Allah saat itu terputus, bahkan ultimatumnya manusia itu harus mati. Namun Allah itu Maha Kasih dan Baik, Ia tidak mau ciptaan yang dikasihiNya itu binasa.
Menurut dia, sesungguhnya Allah yang benar adalah Allah yang penuh kasih melalui Yesus Kristus yang lahir ke dunia ini, karena Dia datang dengan penuh kasih untuk menyelamatkan umat manusia dari noda dan dosa.
Dari titik ini, Yesus merupakan inti perayaan Natal yang diadakan setiap tahun di seluruh dunia. Dialah penyebab hari itu dirayakan sebagai suatu peringatan akan kedatangan Allah yang bersedia merendahkan diriNya sendiri, menjelma menjadi seorang manusia, agar anak-anak manusia bisa disebut sebagai anak-anak Allah.
Saat ini, hampir semua rumah tangga Kristen sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan hari Natal. Ada gereja yang sengaja menyisihakan anggaran khusus yang cukup besar untuk itu. Kostum yang mahal yang bahkan mungkin juga harus dipesan dari luar negeri.
Peserta paduan suara , kantata dan drama sedang giat latihan. Pohon Natal dengan segala asesorisnya yang cukup mahal diadakan oleh masing-masing rumah tangga Kristen, sehingga terkesan sudah mulai "menodai" makna Natal itu sendiri.
Sang penafsir kitab suci itu mengatakan "Kelahiran Yesus yang kita peringati tidak harus membuat kita menghambur-hamburkan uang , sibuk, lelah, bahkan hingga jatuh sakit, sehingga kita kehilangan suka-cita tetapi lebih dari itu sambutlah kelahiranNya dengan penuh suka-cita dan penuh penyembahan, Karena Dialah Juru Selamat yang datang untuk menyelamatkan kita".
Pandangan si penafsir kitab suci itu seakan mengamini pandangan Natal bagi para petani di perbatasan RI-Timor Leste yang tidak pernah mempersiapkan pernak-pernik untuk menyambut Natal.
"Yang kami siapkan hanyalah hati kami untuk menyambut kedatangan Yesus Kristus, karena Natal adalah sebuah reuni tahunan yang terus diperingati gereja untuk mempertebal iman seorang pengikut Kristus," ujar Jensen Bere.
"Yang kita butuhkan dari makna Natal itu sendiri, yakni soal perubahan sikap dan mental setiap manusia untuk berlaku baik dan mencintai sesama dalam kedamaian. Semua ini bisa tercipta, jika ada kemauan baik dari setiap orang dalam setiap pelaksanaan tugasnya masing-masing," katanya menambahkan.