BPBD Lampung siapkan Pusdalops respon cepat potensi kebakaran hutan

id Bpbd lampung, Pemprov lampung, cegah karhutla lampung,Huytan,Lahan,Api,Gambut,Cuaca,BPBD,Lampung,Karhutla

BPBD Lampung siapkan Pusdalops respon cepat potensi kebakaran hutan

Ilustrasi- Kejadian kebakaran lahan di TPA Bakung pada awal 2024. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.

Prinsipnya kemarau ini adalah kerja penanggulangan bencana yang maraton dengan waktu panjang bisa 5-6 bulan, berbeda dengan bencana lain.
Bandarlampung (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung menyiapkan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Penanggulangan Bencana pada 15 kabupaten dan kota di provinsi tersebut, untuk merespon dengan cepat potensi bencana serta kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
 
"Sebenarnya untuk potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan ini bisa terjadi di mana saja, bukan  di lahan gambut saja. Tapi di lahan hutan kering rawan terbakar seperti di Kabupaten Mesuji juga berisiko," kata Analis Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung Wahyu Hidayat saat dihubungi di Bandarlampung, Rabu.

Ia menjelaskan, saat kemarau panjang berlangsung maka potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan pun dapat terjadi, akibat adanya unsur pembentuk kebakaran yakni oksigen, bahan bakar berupa dahan kering, dan sumber panas.
 
"Oleh karena itu BPBD telah mengantisipasi terjadinya kebakaran dengan beberapa upaya, salah satunya dengan aktifnya pusat pengendalian operasi penanggulangan bencana yang tersebar di semua kabupaten dan kota. Untuk memberikan serta menerima informasi terkait kebencanaan ataupun kebakaran hutan dan lahan dengan cepat," katanya.

Ia mengatakan, selain pemantauan melalui pusat pengendalian operasi penanggulangan bencana yang tersebar di semua kabupaten dan kota di Provinsi Lampung, pihaknya juga menyediakan petugas piket selama 24 jam di kabupaten.

"Petugas yang berjaga selama 24 jam secara bergantian ini bertugas untuk merespon lebih dini terhadap potensi bencana, terlebih lagi untuk kejadian kebakaran hutan dan lahan saat ada pemicunya walau kecil bisa memicu kebakaran," katanya.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk bisa menjaga, serta tidak melakukan aktivitas yang berisiko tinggi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan di tengah berlangsungnya musim kemarau.
 
"Sebenarnya kasus kebakaran ini dimulai dari kecerobohan kita sebagai penyumbang persentase penyebab terbesar. Seperti dengan membuang sampah dengan dibakar, membuang puntung rokok sembarangan, dan ada juga akibat kegiatan ekonomi di sekitar kawasan hutan. Dan yang jarang terjadi akibat sambaran petir tapi ini jadi hazard tersendiri," tambahnya.
 
Menurut dia, peran masyarakat untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan sangat dibutuhkan oleh pemerintah, sembari pihaknya melakukan penanggulangan bencana alam lainnya salah satunya kemarau.
 
"Prinsipnya kemarau ini adalah kerja penanggulangan bencana yang maraton dengan waktu panjang bisa 5-6 bulan, berbeda dengan bencana lain. Kemarau adalah bencana slow onset atau bencana alam yang muncul secara bertahan dari waktu ke waktu tapi cukup panjang. Kita harus menjaga ketahanan karena dampaknya luas dan fasenya panjang, sehingga butuh peran masyarakat agar membantu mencegah adanya bencana sekunder dari kemarau seperti kebakaran," ujarnya.
 
Berdasarkan data BPBD Provinsi Lampung, pemetaan potensi kebakaran hutan dan lahan di Lampung yakni dengan total luas lahan ada 3.341.683 hektare, yang memiliki potensi bahaya kebakaran lahan dan hutan dengan kadar rendah ada 1.119.993 hektare, tingkat bahaya sedang seluas 1.116.142 hektare, dan bahaya tinggi ada 1.105.548 hektare.