Ia mengatakan setelah COVID-19 reda, memang tren penyakit kini bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular.
Di sisi lain, masyarakat juga menjadi cenderung mengabaikan kebersihan diri sehingga muncul kembali berbagai penyakit saluran cerna seperti muntah, diare, dan juga yang masuk melalui saluran pernapasan seperti demam, pilek, serta sesak napas yang sulit sembuh.
Prof Hinky menegaskan kembali bahwa masyarakat jangan lengah karena virus bisa kapan saja menyerang. Upaya-upaya menjaga kesehatan seperti yang dilakukan ketika pandemi harus tetap dijaga.
"Upayanya nggak berbeda yang pernah dilakukan masa COVID-19, jadi cuci tangan, pakai masker, jaga sirkulasi udara baik, jaga jarak, hindari kerumunan dan vaksinasi, jadi tetap siaga, karena kuman siap terus menyerang," katanya.
Ia menambahkan, kebiasaan mencuci tangan merupakan cara paling mudah dan cepat sebagai upaya mengurangi risiko terinfeksi.
Selain juga upaya melakukan vaksinasi, pemenuhan gizi, olahraga, istirahat, perilaku bersih, dan sehat harus menjadi kebiasaan hidup agar bisa menjadi benteng terhadap kuman dan bibit penyakit.
"Pakai sabun, air bersih mengalir mengurangi risiko transmisi, kuman di tangan hilang secara instan," kata Hinky.
Hinky mengatakan cuci tangan harus rutin dilakukan setiap kali memiliki risiko tercemar. Cuci tangan yang dilakukan dengan langkah-langkah yang baik bisa membersihkan seluruh tangan.
Selain itu, kebiasaan memakai masker juga masih perlu diterapkan untuk menghindari kontaminasi virus dan kuman yang menyerang saluran pernapasan.
Selain daya tahan tubuh yang menurun, penularan penyakit juga disebabkan karena lingkungan sehingga kurangi aktivitas di luar jika kondisi cuaca dan polusi sudah di ambang batas.
"Di ruangan tertutup pakai penyaring udara supaya disaring itu yang paling optimal yang bisa kita lakuin. Pakai masker bukan buat COVID-19 saja tapi buat virus rhino, adeno, influenza, parainfluenza," demikian Hinky menerangkan.