Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan memberikan dukungan untuk pengembangan kopi rakyat dari hulu hingga hilir.
Hal ini dilakukan untuk menyelesaikan tiga tantangan pengembangan komoditas tersebut, yakni kelembagaan usaha masih lemah karena dikelola secara perorangan, produktivitas dan kualitas produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) maupun koperasi masih rendah, serta kesulitan akses pembiayaan maupun pasar.
“Dari hulu, kami ingin melakukan penguatan kelembagaan usaha melalui korporatisasi petani kopi berbasis koperasi dan pengembangan model bisnis terintegrasi hulu-hilir dari mulai produksi, akses pembiayaan, rantai pasok, dan pemasarannya,” ucap dia saat mengikuti acara di IPB Convention Center, Bogor, Jawa Barat, lewat keterangan resmi, Jakarta, Sabtu.
Hingga saat ini, komoditas kopi disebut telah menggerakkan kinerja UMKM dan koperasi dari sisi hulur maupun hilir.
Hal ini dibuktikan dengan data yang menyatakan 96 persen perkebunan kopi Indonesia dikuasai oleh 1,3 juta petani, dan lebih dari 2.950 kedai kopi dikelola anak muda serta pelaku ekonomi kreatif.
“Di tengah pandemi, tiap-tiap negara tengah mencari keunggulan domestiknya masing-masing. Ini penting agar Indonesia tidak terus-menerus mengekor ke negara-negara maju,” ujarnya.
Menurut Teten, kopi dan rempah adalah komoditas unggulan Tanah Air yang harus dikelola dengan baik, dikuasai inovasi teknologinya, mempunyai nilai tambah, menyejahterakan petani, dan berkelanjutan.
Lebih lanjut, pihaknya dikatakan sudah melakukan beberapa piloting terkait korporatisasi petani di sektor kopi.
Salah satunya ialah Koperasi Produsen Baitul Qiradh Baburrayyan di Aceh Tengah yang diusahakan untuk menguasai pasar ekspor dengan menjual 345,6 ton kopi Arabica Gayo ke pasar Amerika Serikat dan Eropa.
"Ini akan menjadi satu-satunya koperasi yang memiliki akses penjualan kopi langsung ke Starbucks," kata Menkop.
Selain itu, terdapat pula Koperasi Klasik Beans-Sunda Hejo di Jawa Barat yang mengonsolidasikan petani perhutanan sosial dan akan memasok kopi specialty untuk kebutuhan dalam negeri dan mancanegara.
Kemudian, ada juga Koperasi Kopi Wanita Gayo (Kokowagayo) yang menjadi satu-satunya koperasi wanita di Asia Tenggara yang masuk ke dalam organisasi petani kopi wanita internasional berbasis di Peru, Amerika Selatan, yakni Organic Product Trading Company (OPTCO) Cafe Femenino.
Dengan memiliki petani kopi perempuan berjumlah 409 orang yang mengelola lahan sebesar 342 hektar, Kokowagayo mengekspor 70 persen produk kopi ke Amerika Serikat, 20 persen ke Eropa, dan 10 persen ke Australia.
Dari sisi hilir, Kementerian Koperasi dan UKM mendorong konsumsi kopi di dalam negeri terutama dari kalangan anak muda. Hal ini dilakukan dengan perluasan kedai kopi ke daerah kota lapis kedua (secondary city) yang melibatkan komunitas kreatif dan basis pesantren.
Berdasarkan riset Toffin dan Majalah MIX Marcoom pada tahun 2019, jumlah kedai kopi di Indonesia dinyatakan bertumbuh hingga 2.950 gerai dan angka tersebut mengalami kenaikan tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kopi telah disinergikan ke dalam prioritas 2022, yaitu pemulihan transformatif, di mana afirmasi 70 persen program kementerian untuk anak muda, perempuan dan usaha ramah lingkungan, termasuk kopi,” ungkap Menteri Teten.