Jakarta (ANTARA) - Perusahaan yang memproduksi kelapa sawit (crude palm oil/CPO) di Papua dan Halmahera, Korindo mengaku kegiatan bisnisnya terhambat kampanye negatif yang dilontarkan lembaga swadaya masyarakat (LSM) asing.
Gyeongmin Roh, Environment, Social and Governance General Manager Korindo Gruop dalam kunjungannya ke Kantor LKBN ANTARA Jakarta, Senin, menjelaskan kampanye negatif itu telah berlangsung sejak 2016.
"Serangan NGO (LSM) sejak September 2016 terutama soal pembakaran lahan di mana Mighty Earth dan beberapa NGO lingkungan mulai menyebut kami membakar hutan untuk buka lahan sawit di Papua dan Maluku," katanya.
Baca juga: Indonesia ajak Meksiko lakukan riset pengembangan biofuel berbasis sawit
Selain tuduhan pembakaran hutan, Roh mengaku LSM itu juga memberikan tudingan hingga masalah deforestasi serta perusakan hak masyarakat sekitar.
Menurut Roh, butuh waktu lebih dari tiga tahun bagi perusahaan untuk mengatasi tuntutan tersebut hingga ada hasil investigasi yang menyatakan bahwa perusahaan tidak melakukan aksi pembakaran hutan.
"Saat ini isu yang penting bagi kami adalah bagaimana kami memenuhi kewajiban kepada pemerintah dan masyarakat yaitu kebun plasma," katanya.
Roh menuturkan perusahaan wajib mengalokasikan 20 persen lahan kepada masyarakat sekitar namun kesulitan untuk merealisasikannya karena dihambat isu negatif.
LSM kerap memantau pembukaan lahan baru lewat satelit sehingga terkadang mendatangi masyarakat untuk memberikan informasi yang menghasut.
"Itu isu yang paling besar. Padahal kami sudah mendapat izin usaha tapi tidak bisa melakukan ekspansi," katanya.
Baca juga: Pemerintah Indonesia berharap Belanda bantu atasi diskriminasi sawit di Eropa
Korindo baru mengelola 57 ribu hektare lahan sawit dari total 125 ribu hektare konsesi yang dimiliki perusahaan.
Perusahaan juga wajib membangun kebun plasma sebanyak 15 ribu hektare namun hingga akhir tahun ini kemungkinan baru sampai 4.500 hektare karena dibayangi kampanye negatif.
"Potong sepohon saja disebut deforestasi atau perusakan lingkungan, makanya kami tidak bisa ekspansi," katanya.
Roh mengatakan selain kampanye negatif dari LSM, bisnis kelapa sawit memang tengah mengalami perlambatan karena penolakan Uni Eropa.
Meski produksi kelapa sawit Korindo masih seluruhnya diserap dalam negeri, Roh menyebut serapan terus melambat.
"Masalah penolakan sawit dari Eropa memberikan dampak bagi bisnis kelapa sawit mana pun termasuk kami," katanya.
Ia berharap bisnis bisa membaik.
Baca juga: Kampanye sawit Indonesia dilaksanakan di Belanda
Berita Terkait
BSI catat bisnis emas tumbuh 27,2 persen hingga Februari 2024
Sabtu, 20 April 2024 21:07 Wib
KUR BRI bantu bisnis kudapan mampu kembangkan usaha
Senin, 15 April 2024 12:31 Wib
Perkuat koordinasi, PGN gelar temu bisnis pelanggan dengan asosiasi industri
Kamis, 28 Maret 2024 15:22 Wib
Indosat-Google berdayakan bisnis rintisan lewat inovasi dan wawasan teknologi
Selasa, 26 Maret 2024 18:07 Wib
Bank Raya dukung pelaku usaha kuliner tumbuh lewat QRIS Bisnis
Rabu, 20 Maret 2024 17:30 Wib
PGN optimistis perkuat eksistensi bisnis gas bumi dan ketahanan energi nasional
Jumat, 15 Maret 2024 17:55 Wib
Teten Masduki: Entrepreneur Hub wadah cari ide bisnis dari kampus
Senin, 4 Maret 2024 19:49 Wib
Aplikasi Merchant BCA jadi solusi digital lancarkan bisnis UMKM
Sabtu, 2 Maret 2024 17:57 Wib