Orang tua perlu bersiap kemungkinan "long COVID-19" pada anak

id long COVID-19,COVID-19 pada anak,gejala long COVID-19

Orang tua perlu bersiap kemungkinan "long COVID-19" pada anak

Ilustrasi COVID-19 (ANTARA/Istimewa)

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak konsultan penyakit infeksi dan pediatri tropis Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), M.Trop.Paed dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengingatkan orang tua perlu bersiap untuk kemungkinan terjadinya long COVID-19 pada anak.

"Kalau anak sudah pernah kena, orang tua perlu bersiap untuk kemungkinan long COVID-19. Jadi setelah sembuh, bulan depannya kontrol ke dokter," ujar Hindra saat diskusi daring pada Kamis.

Hindra menjelaskan, long COVID-19 sangat mungkin terjadi pada anak yang memiliki riwayat infeksi virus SARS CoV-2, dengan minimal satu gejala menetap selama paling kurang 12 minggu setelah hasil tes usap (swab) pertama dan tidak ditemukan diagnosis lainnya.

Gejala tersebut, lanjut Hindra, berdampak pada kegiatan sehari-hari dan berlangsung lama atau hilang-timbul secara berulang.

Hindra pun menyarankan satu bulan setelah dinyatakan negatif dari COVID-19, anak dibawa ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan apakah dia mengalami long COVID-19.

"Tapi, kalau sudah kelihatan ada gejala yang menetap, tidak usah menunggu satu bulan. Diharapkan dokter dapat segera mendiagnosis dan dilakukan pengobatan agar dia cepat sembuh," imbuh Hindra.

Adapun gejala long COVID-19 pada anak, kata Hindra, bisa berbeda-beda. Ada yang hanya mengalami sesak, ada pula yang merasa lemas terus menerus.

Hindra juga memberikan beberapa tips untuk mencegah anak mengalami long COVID-19, di antaranya pastikan anak istirahat yang cukup dan selalu berada di ruangan dengan sirkulasi udara yang baik untuk mengurangi kepadatan virus.

"Anak itu kan sistem imunnya belum matang, masih rawan. Dia perlu istirahat, perlu tidur cukup, perlu dukungan. Ini yang bisa membuat dia sembuh sempurna dan tidak mengalami long COVID-19," kata Hindra.

Selain itu, Hindra juga mengingatkan pentingnya asupan makanan dengan gizi seimbang, berjemur untuk mendapatkan vitamin D alami dari sinar matahari, dan melakukan vaksinasi jika anak sudah berusia 6 tahun.

Sedangkan untuk anak balita yang belum bisa divaksinasi, Hindra yang kini berpraktik di RS Pondok Indah itu mengatakan pentingnya dukungan dari orang-orang di sekitarnya untuk terus mematuhi protokol kesehatan dengan baik.

"Kalau balita kan tinggal di rumah. Jadi risiko terpaparnya dari orang yang ada di rumah. Untuk itu, orang yang di rumah tidak boleh bawa virus, harus vaksinasi, tidak bepergian yang tidak penting, terus menjaga kesehatan, sehingga mengurangi risiko terinfeksi pada anak yang ada di rumah," ujarnya.