Wali Kota tawarkan investasi wisata Banda Aceh ke Swiss
"Saya berharap lewat pertemuan kami pekan lalu, bisa melahirkan dan berkolaborasi dengan Swiss untuk menghebatkan Banda Aceh, terutama mewujudkan sebagai destinasi wisata dunia," kata Aminullah di Banda Aceh, Selasa.
Banda Aceh (ANTARA) - Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman menawarkan investasi di sektor pariwisata di daerah berjuluk "Kota Serambi Mekkah" itu kepada Duta Besar Swiss untuk Indonesia Kurt Kunz dan rombongan.
"Saya berharap lewat pertemuan kami pekan lalu, bisa melahirkan dan berkolaborasi dengan Swiss untuk menghebatkan Banda Aceh, terutama mewujudkan sebagai destinasi wisata dunia," kata Aminullah di Banda Aceh, Selasa.
Ia mengaku, dewasa ini masih terdapat beberapa "pekerjaan rumah" bagi pemerintah setempat, terutama dalam membangun dan mewujudkan Banda Aceh sebagai kota gemilang dalam bingkai syariat bagi warganya.
Baca juga: Inilah tiga destinasi wisata paling favorit di Banda Aceh
Berbagai penghargaan telah diraih ibu kota Provinsi Aceh tersebut sebagai prestasi dan menjadi bukti kebangkitan Banda Aceh pascagempa dan gelombang tsunami 15 tahun silam.
"Setelah 15 tahun berlalu, Banda Aceh hari ini begitu signifikan progres pembangunannya, jauh meninggalkan kabupaten/kota lain yang tak terimbas bencana. Itu artinya kami tidak menyia-nyiakan bantuan dari masyarakat dunia," ucap dia.
Padahal ketika musibah terdahsyat tersebut terjadi, lanjutnya, Banda Aceh merupakan kota yang paling parah terkena dampak bencana di akhir Tahun 2004 itu.
"Lebih dari 60 ribu korban jiwa dan lebih dari 20 ribu bangunan yang hancur di kota kami. Tapi dengan bantuan dunia, termasuk Swiss, kami mampu bangkit, bahkan kini lebih kuat," kata wali kota.
Banda Aceh pada Tahun 2019 telah mendapatkan penghargaan sebagai kota terbaik penanganan konflik sosial dari Kementerian Dalam Negeri dari 514 kabupaten/kota se-Indonesia, sehingga menempatkan daerah tersebut paling aman karena tidak pernah terjadi konflik berbasis suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) yang berimbas positif terhadap iklim investasi dan pariwisata.
"Penghargaan penataan tata ruang terbaik, kota peduli HAM (Hak Azasi Manusia), kota paling aman di Indonesia, hingga menjadi kota referensi layanan pendidikan, dan memiliki mal pelayanan publik pertama di Aceh adalah sederet prestasi lainnya," ujar Aminullah.
Baca juga: Pemkot Banda Aceh berbagi kelola wisata warisan dengan Sawahlunto Sumbar
Duta Besar Swiss untuk Indonesia Kurt Kunz dalam kunjungan pekan lalu ke Banda Aceh mengatakan, hubungan antara Aceh, khususnya Banda Aceh, dan Swiss sudah terjalin baik dalam jangka waktu yang lama.
"Pascatsunami, banyak warga Swiss yang hadir di sini untuk membantu. Sebelumnya pada masa konflik bersenjata, kami juga sangat mendukung proses damai di Helsinki," ujar Kurt didampingi Wakil Kepala Misi Kedubes Michael Cottier.
"Adapun kunjungan kami kali ini ke Banda Aceh bertujuan untuk menjalin kontak sekaligus menjajaki peluang kerja sama dengan banyak pihak, termasuk dengan Pemko Banda Aceh. Kemarin kami sudah bertemu dengan LSM, DPRA, Plt gubernur Aceh, dan hari ini dengan Pak Wali," katanya.
Ia juga sangat berkesan mengetahui bahwa telah banyak capaian positif dan prestasi yang ditorehkan oleh ibu kota Provinsi Aceh tersebut.
"Bagi saya sangat impresif mengingat kota ini pernah luluh-lantak akibat tsunami," kata Kurt seraya menawarkan sejumlah peluang kerja sama bidang ekonomi, urbanisasi, bangunan hijau, dan beasiswa pendidikan.
Menjawab pertanyaan Aminullah soal pandangannya mengenai Banda Aceh dulu pascabencana dan sekarang, Kurt mengatakan sekarang Banda Aceh layaknya kota normal lainnya di dunia. "Lalu lintasnya lancar, kotanya bersih, dan saya sangat mengapresiasi kehidupan multikultur yang sangat harmonis di sini," ujarnya.
"Saya berharap lewat pertemuan kami pekan lalu, bisa melahirkan dan berkolaborasi dengan Swiss untuk menghebatkan Banda Aceh, terutama mewujudkan sebagai destinasi wisata dunia," kata Aminullah di Banda Aceh, Selasa.
Ia mengaku, dewasa ini masih terdapat beberapa "pekerjaan rumah" bagi pemerintah setempat, terutama dalam membangun dan mewujudkan Banda Aceh sebagai kota gemilang dalam bingkai syariat bagi warganya.
Baca juga: Inilah tiga destinasi wisata paling favorit di Banda Aceh
Berbagai penghargaan telah diraih ibu kota Provinsi Aceh tersebut sebagai prestasi dan menjadi bukti kebangkitan Banda Aceh pascagempa dan gelombang tsunami 15 tahun silam.
"Setelah 15 tahun berlalu, Banda Aceh hari ini begitu signifikan progres pembangunannya, jauh meninggalkan kabupaten/kota lain yang tak terimbas bencana. Itu artinya kami tidak menyia-nyiakan bantuan dari masyarakat dunia," ucap dia.
Padahal ketika musibah terdahsyat tersebut terjadi, lanjutnya, Banda Aceh merupakan kota yang paling parah terkena dampak bencana di akhir Tahun 2004 itu.
"Lebih dari 60 ribu korban jiwa dan lebih dari 20 ribu bangunan yang hancur di kota kami. Tapi dengan bantuan dunia, termasuk Swiss, kami mampu bangkit, bahkan kini lebih kuat," kata wali kota.
Banda Aceh pada Tahun 2019 telah mendapatkan penghargaan sebagai kota terbaik penanganan konflik sosial dari Kementerian Dalam Negeri dari 514 kabupaten/kota se-Indonesia, sehingga menempatkan daerah tersebut paling aman karena tidak pernah terjadi konflik berbasis suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) yang berimbas positif terhadap iklim investasi dan pariwisata.
"Penghargaan penataan tata ruang terbaik, kota peduli HAM (Hak Azasi Manusia), kota paling aman di Indonesia, hingga menjadi kota referensi layanan pendidikan, dan memiliki mal pelayanan publik pertama di Aceh adalah sederet prestasi lainnya," ujar Aminullah.
Baca juga: Pemkot Banda Aceh berbagi kelola wisata warisan dengan Sawahlunto Sumbar
Duta Besar Swiss untuk Indonesia Kurt Kunz dalam kunjungan pekan lalu ke Banda Aceh mengatakan, hubungan antara Aceh, khususnya Banda Aceh, dan Swiss sudah terjalin baik dalam jangka waktu yang lama.
"Pascatsunami, banyak warga Swiss yang hadir di sini untuk membantu. Sebelumnya pada masa konflik bersenjata, kami juga sangat mendukung proses damai di Helsinki," ujar Kurt didampingi Wakil Kepala Misi Kedubes Michael Cottier.
"Adapun kunjungan kami kali ini ke Banda Aceh bertujuan untuk menjalin kontak sekaligus menjajaki peluang kerja sama dengan banyak pihak, termasuk dengan Pemko Banda Aceh. Kemarin kami sudah bertemu dengan LSM, DPRA, Plt gubernur Aceh, dan hari ini dengan Pak Wali," katanya.
Ia juga sangat berkesan mengetahui bahwa telah banyak capaian positif dan prestasi yang ditorehkan oleh ibu kota Provinsi Aceh tersebut.
"Bagi saya sangat impresif mengingat kota ini pernah luluh-lantak akibat tsunami," kata Kurt seraya menawarkan sejumlah peluang kerja sama bidang ekonomi, urbanisasi, bangunan hijau, dan beasiswa pendidikan.
Menjawab pertanyaan Aminullah soal pandangannya mengenai Banda Aceh dulu pascabencana dan sekarang, Kurt mengatakan sekarang Banda Aceh layaknya kota normal lainnya di dunia. "Lalu lintasnya lancar, kotanya bersih, dan saya sangat mengapresiasi kehidupan multikultur yang sangat harmonis di sini," ujarnya.