Siak (ANTARA) - Istana Asserayah Hasyimiah Siak Sri Inderapura (Istna Siak) di Kabupaten Siak, Riau, kembali dibuka pada Jumat, setelah sempat ditutup pada Kamis (14/11) diduga akibat ada kisruh ahli waris yang mengklaim memiliki surat wasiat asli dari kesultanan atas kepemilikan istana tersebut.
"Iya, saya pastikan Jumat ini sudah dibuka," kata Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Siak, Tengku Said Hamzah.
Petugas Istana Siak mengaku tempat bersejarah itu sudah dibuka kembali untuk umum. "Dari tadi pagi buka, istirahat habis Jumat, pukul 14.00 WIB nanti buka lagi" ujar petugas kepada Antara.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Siak, Fauzi Asni juga menyampaikan belum mau berkomentar banyak terkait persoalan ini. Demikian juga dengan Asisten III Sekdakab Siak, Jamaluddin tentang keputusan sempat menutup istana ini masih belum ada keterangan.
Sebelumnya Istana Siak sempat heboh karena ditutup dan pada saat bersamaan ada pihak mengaku ahli waris menuntut. Salah satunya Tengku Syarifah Nadira yang mengklaim memiliki surat wasiat dari Sultan.
"Ini sudah bertahun-tahun, bulan lalu juga sudah, tapi tak dipedulikan juga. Dulu kami wasiat yang asli memang tak ada, duplikat yang ada, sekarang yang aslinya ada pada kami, kami minta hak kami," katanya.
Dia mengaku rencananya Kamis kemarin akan ada musyawarah terkait masalah tersebut. Akan tetapi tiba-tiba dibatalkan dengan alasan Bupati Siak, Alfedri sedang tidak berada di tempat.
Hal tersebut lanjutnya disampaikan oleh Asisten III Pemerintah Kabupaten Siak, Jamaluddin sehingga musyawarah tidak jadi dilakukan. Padahal menurut dia kesepakatan sebelumnya tak ada bupati tidak ada masalah.
"Katanya kemarin kalau tak ada bupati, sekretaris daerah saja, Pak Jamal bisa juga. Saya tak masalah, yang penting apa kata bupati disampaikan. Tapi dapat pesan pagi ini tak jadi," ujarnya.
Terkait masalah ini pihaknya mengaku sudah melakukan berbagai cara mulai dari buat surat pernyataan hingga kronologis. Akan tetapi sampai saat ini juga belum ada tanggapan sehingga dia merasa tidak diperhatikan.
Terlebih lagi, katanya dia dan adiknya yang tidak lagi menetap di Siak mengurus hal ini memakan waktu, biaya, dan tenaga. Bahkan dari Rabu (13/11) mereka tidur di sekitar Istana Siak itu.
"Kami ke sini pakai biaya, waktu dan tenaga. Tadi pagi menginap di istana, kami sudah tak pulang. Nenek moyang kami dari sini, yang punya istana itu. Tapi kami menjerit, sudah tidak diperhatikan dari dulu," tambahnya.