Dia mengatakan kontribusi besar Indonesia dalam inisiatif global ini juga mendapat perhatian besar dari presiden.
Kementan dan FAO luncurkan Program Ketahanan Kesehatan Global
Jakarta (ANTARA) -
Kementerian Pertanian bersama dengan Badan Pangan dan Pertanian Dunia melalui Emergency Center for Transboundary Animal Diseases (FAO ECTAD) meluncurkan Program Ketahanan Kesehatan Global (GHSP) sebagai upaya pencegahan penularan penyakit dari hewan ke manusia untuk mencegah pandemi berikutnya.
"Saya berharap sinergi dan harmonisasi pelaksanaan proyek GHSP dengan proyek lain di Kementerian Pertanian dapat berjalan dengan tetap memastikan aspek administrasi yang baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan sesuai peraturan yang berlaku, dengan mengambil best practices dan lesson learned dari pengalaman implementasi proyek-proyek sebelumnya," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono dalam acara peluncuran yang digelar secara daring dan dipantau di Jakarta, Selasa.
Program Ketahanan Kesehatan Global yang juga didukung oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) ini bertujuan untuk mencegah berbagai ancaman pandemi berkaitan dengan penyakit “zoonosis” atau penyakit hewan yang menjangkit pada manusia. Perhatian terhadap penyakit pada hewan dan ancaman munculnya penyakit zoonosis menjadi prioritas pemerintah di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Indonesia, bersama 70 negara lain bekerja untuk mempercepat dukungan politik dan multi sektoral untuk kesiapan ketahanan kesehatan melalui inisiasi global, yang disebut Global Health Security Agenda (GHSA), untuk menjaga dunia aman dari ancaman penyakit menular.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian Nasrullah menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara pelopor GHSA dan telah aktif berkontribusi sebagai anggota tetap Tim Pengarah sejak 2016 – 2024.
Dia mengatakan kontribusi besar Indonesia dalam inisiatif global ini juga mendapat perhatian besar dari presiden.
Dia mengatakan kontribusi besar Indonesia dalam inisiatif global ini juga mendapat perhatian besar dari presiden.
"Kerja sama ini diharapkan bisa melakukan pencegahan, deteksi dini dan pengendalian penyakit-penyakit menular baru, terutama yang berpotensi mengancam kesehatan dan ekonomi Indonesia. Selain itu, semoga bisa berkontribusi pada peningkatan kesehatan manusia, ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat," kata Nasrullah.
Nasrullah menambahkan program ini juga selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) pemerintah, terutama terkait keamanan pangan dan kesehatan. Dia berharap program ini bisa menjadi kesempatan untuk meningkatkan komitmen bersama dalam melangkah ke depan.
GHSP adalah program baru dari kolaborasi panjang Kementerian Pertanian dan FAO ECTAD-USAID dalam mencegah pandemi. Kerja sama ini berawal saat pandemi Avian Influenza pada tahun 2006, di mana Indonesia merupakan negara dengan kasus flu burung H5N1 dengan kematian manusia terbanyak hingga tahun 2014.
Sementara itu jumlah kasus flu burung pada manusia telah menurun secara signifikan, situasi endemik virus H5N1 masih menjadi ancaman bagi industri perunggasan dan kesehatan manusia. Selain flu burung, banyak daerah di Indonesia yang masih endemik penyakit zoonosis seperti rabies yang ditularkan oleh anjing dan monyet, serta penyakit antraks yang ditularkan dari hewan ternak.