Jakarta (ANTARA) - Dompet Dhuafa memberikan THR kepada 50 porter Stasiun Pasar Senen sebagai bentuk apresiasi terhadap pekerja yang terus mencari nafkah, bahkan saat di tengah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
"Kegiatan ini merupakan bagian dari Program THR Pejuang Keluarga yang rutin dilakukan setiap tahun oleh Dompet Dhuafa," kata Kemitraan Program Sosial Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa, Rahayu Saputro, dalam keterangannya di Bandarlampung, Minggù.
Kebanyakan para porter di stasiun ini bekerja penuh selama bulan Ramadhan, bahkan sampai harus meninggalkan keluarga dan tidak bisa berkumpul bersama keluarga di momen Idul Fitri.
Sementara itu, para porter ini tidak memiliki keterikatan hubungan kerja, baik dengan PT KAI maupun instansi lainnya. Bisa dikatakan mereka adalah para pekerja lepas. Maka itu, mereka tidak mendapatkan THR sebagaimana suatu tunjangan wajib yang harus dibayarkan oleh pemberi kerja.
Rahayu menjelaskan bahwa program ini ditujukan bagi pekerja yang tidak memiliki hak atas tunjangan hari raya. THR ini juga sekaligus sebagai bentuk apresiasi kepada para pejuang keluarga yang tak kenal lelah mencari nafkah.
“Kami ingin memberikan apresiasi kepada para porter yang membantu pelayanan masyarakat saat mudik. Mereka tidak memiliki gaji tetap atau tunjangan hari raya, sehingga mereka juga berhak mendapatkan apresiasi seperti pekerja lainnya,” ujarnya.
Selain THR berupa uang tunai, Dompet Dhuafa juga memberikan bingkisan kepada para porter. Program serupa juga dilakukan untuk profesi lain seperti guru mengaji, marbot, lansia, dan pekerja informal lainnya.
Wakil Kepala Stasiun Pasar Senen, Galuh, mengungkapkan bahwa sebagian besar porter saat ini dulunya adalah pedagang asongan.
Sejak pemberlakuan larangan berjualan di area stasiun, mereka dialihkan menjadi porter agar tetap bisa mencari nafkah.
“Para porter memiliki peran besar dalam kelancaran pelayanan di stasiun, terutama dalam membantu penumpang membawa barang bawaan. Sehingga keberadaan porter sangat membantu,” jelas Galuh.
Salah satu porter yang menerima THR dari Dompet Dhuafa adalah Suratman (62), pria asal Kebumen, Jawa Tengah, telah bekerja di Jakarta sejak tahun 1983.
Awalnya ia sebagai pedagang asongan sebelum beralih menjadi porter pada 2012. Selama 13 tahun terakhir, ia bekerja sebagai porter di Stasiun Pasar Senen dan tinggal di kontrakan bersama rekan-rekannya.
“Saya ngontrak ramai-ramai tidak jauh dari stasiun, bersama teman-teman porter juga,” kata Suratman.
Baginya, bulan Ramadan adalah momen yang membawa berkah karena jumlah penumpang meningkat pesat. Ia biasanya baru pulang ke kampung halaman sehari menjelang Idulfitri agar bisa mendapatkan lebih banyak penghasilan.
“Dulu waktu masih muda, saya sering Lebaran di Jakarta. Sekarang, sebisa mungkin saya pulang,” ungkapnya.
Dari hasil kerjanya sebagai porter, ia mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Meski pekerjaannya tidak terikat peraturan perusahaan, pendapatannya tidak menentu dan bergantung pada jumlah penumpang yang menggunakan jasanya.
“Apalagi sekarang saya sudah tidak sekuat dulu. Kalau tidak musim mudik, pelanggan lebih sedikit. Sehari kadang hanya dapat satu atau dua pelanggan,” ujarnya.
Meski demikian, Suratman tetap bersyukur atas pekerjaannya, meski terkadang ada yang memberinya upah hanya Rp15.000 atau Rp20.000, padahal barangnya banyak. Tapi terkadang ada juga yang memberinya lebih. Namun, yang penting baginya adalah tetap bersyukur.
Bantuan THR dari Dompet Dhuafa ini diharapkan dapat meringankan beban para porter menjelang Idulfitri dan memberikan kebahagiaan bagi mereka yang telah bekerja keras melayani penumpang di Stasiun Pasar Senen.
Berita kerja sama