Jakarta (ANTARA) - Dosen Ekonomi Islam Universitas Padjadjaran Ikram Nur Muharam menilai sebuah kondisi yang disebut "new normal" atau kebiasaan baru setelah pandemi Corona akan mengubah industri wisata.
Menurut Ikram yang juga tengah menempuh pendidikan doktor di University of Surrey, UK, bidang "hospitality and tourism management", pada kondisi normal yang baru itu, orang-orang masih senang berlibur dan berwisata, namun sejumlah prosedur akan berubah.
"Orang akan tetap senang liburan dan pariwisata masih menyumbang untuk PDB, tetapi ada hal yang mungkin berubah, seperti prosedur baik di industri penerbangan, hotel, restoran hingga 'attraction' (hiburan)," kata Ikram dalam diskusi daring di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Puluhan peserta wisata COVID-19 di Hotel Swiss Bell Makassar dipersilakan pulang
Ikram menjelaskan sejumlah prosedur, misalnya di bandara dan pesawat terbang sebelum melakukan "take off", kebersihan dan kesehatan akan lebih ketat untuk dijalankan.
Kemudian, industri perhotelan juga mungkin akan menerapkan sistem "self check-in" dan "self service" kepada konsumen dengan tetap memerhatikan higienitas.
Hal yang sama juga terjadi pada restoran yang akan meningkatkan standar higienitasnya, mengingat hal tersebut yang paling diperhatikan oleh konsumen.
Sementara untuk industri hiburan, akan ada beberapa inovasi baru, seperti menggelar konser secara virtual, atau konser dengan mewajibkan penonton berada di dalam mobil masing-masing seperti yang telah dilakukan di Jerman.
Kemudian, jumlah wisatawan juga ada kemungkinan untuk dibatasi karena dampak "overtourism"dan kaitannya dengan keberlanjutan lingkungan (sustainability) yang mulai dirasakan oleh masyarakat, terutama setelah adanya pandemi COVID-19 ini.
"Orang-orang jadi 'concern' bahwa dampak 'overtourism' ini banyak sekali, baru terlihat sekarang seperti sungai di Venice yang jadi lebih jernih, lapisan ozon membaik, bahkan binatang bisa lebih bebas," kata Ikram.
Baca juga: Libur Hari Buruh 2020, pelampiasan dendam liburan yang tertunda gara-gara pandemi