Kepala BKKBN: Jaga kesehatan reproduksi sebelum pasang alat kontrasepsi

id BKKBN,Alat reproduksi,alat kontrasepsi

Kepala BKKBN: Jaga kesehatan reproduksi sebelum pasang alat kontrasepsi

Tangkapan layar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo dalam Konferensi Pers Pentingnya Peran Kontrasepsi Modern untuk Menyukseskan Program KB dan Meningkatkan Kesehatan Reproduksi yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (14/2/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo meminta setiap ibu untuk menjaga kesehatan alat reproduksinya sebelum memutuskan memasang alat kontrasepsi.

“Ibu harus betul-betul menjaga jangan sampai terinfeksi, itu saja. Pesan saya harus menjaga diri untuk tidak infeksi,” kata Hasto dalam Konferensi Pers Pentingnya Peran Kontrasepsi Modern untuk Menyukseskan Program KB dan Meningkatkan Kesehatan Reproduksi yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Hasto menekankan dengan menjaga kesehatan alat reproduksi tetap bersih dan sehat, ibu dapat terhindar dari sebuah infeksi yang umumnya ditandai dengan adanya keputihan dan berbau tak sedap.

Infeksi tersebut sangat berbahaya khususnya bagi para ibu muda yang berusia di bawah 20 tahun dan belum pernah memiliki anak karena bisa menyebabkan ibu menjadi sulit untuk memiliki anak di masa depan.

“Makanya saya minta untuk sangat hati-hati. Kalau mau memasang IUD, saya pesan sangat ekstra hati-hati. Kalau usianya masih 15 sampai 17 dan dia sudah menikah, kita sarankan untuk tidak hamil dulu,” ucap Hasto.
 

Menurutnya, jika ibu memiliki infeksi maka harus segera melakukan konsultasi kepada tenaga kesehatan. Konsultasi diperlukan agar ibu dapat tetap percaya diri mengikuti Program Keluarga Berencana (KB) dan kehamilan tetap terencana.

Sebaliknya, bila ibu dengan usia muda tetap ingin menggunakan alat kontrasepsi, ia menyarankan ibu untuk memasang IUD dengan ukuran yang lebih kecil.

Di sisi lain dengan terhindarnya ibu dari infeksi alat reproduksi, kata Hasto, angka kehamilan yang tidak diinginkan dapat ditekan. Terlebih dengan adanya pandemi COVID-19 yang kini menyebabkan angka kehamilan tak diinginkan berkisar pada angka 17 persen.

Sedangkan dia menyebutkan pada angka kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need) meningkat menjadi 18 persen selama pandemi.

Oleh sebab itu, sembari pihaknya terus memperluas akses KB dalam masyarakat, Hasto berharap ibu semua keluarga dapat terus menjaga kesehatan baik pada alat kontrasepsi maupun kesehatan fisik lainnya.

“Pandemi memang membuat kita sangat berpengaruh dalam pelaksanaan delivered layanan di masyarakat. Kita harus melakukan suatu terobosan baru, BKKBN menempuh berbagai cara mulai dari mendistribusikan alat kontrasepsi sampai ke enduser dipermudah, dukungan anggaran juga kita mudahkan juga melibatkan sumber daya manusia yang banyak termasuk bidan,” ucap Hasto.