Bandarlampung (ANTARA) - Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL) bekerjasama dengan Pusat Riset dan Inovasi (Purino) Wisata Geopark Global dan Wisata Langit (WG2WL) ITERA menggelar webinar yang bertemakan Kampanye Lestarikan Gelap Malam.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala OAIL ITERA, Hakim L Malasan, Ketua Purino WG2WL, Danni Gathot Harbowo, dan Ketua LPPP ITERA Acep Purqon, dengan narasumber pakar astronomi nasional, yakni dosen astronomi Institut Teknologi Bandung, Dhani Herdiwijaya, peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rd. A. Gunawan Admiranto, serta dosen Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan ITERA, Hendra Agus Prastyo, dan Alfiah Rizky Diana Putri.
Dalam sambutannya, Danni Gathot Harbowo seperti dilansir dari keterangan diterima Rabu menyampaikan, kegiatan tersebut merupakan kolaborasi OAIL dan Purino WG2WL. Topik melestarikan gelap menurut Danni sangat tepat dalam merayakan Hari Keantariksaan Nasional. Sebab semakin berkembang peradaban manusia, semakin banyak di antara kita yang takut dengan kegelapan. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kepala OAIL ITERA, Hakim L Malasan dan Ketua LPPP ITERA, Acep Purqon, yang dalam sambutannya juga mengajak seluruh peserta untuk mematikan lampu, guna menikmati kemilau alam semesta yang indah
Kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh narasumber Rd. A. Gunawan Admiranto. Dalam pemaparannya, Gunawa menyebut langit malam menjanjikan pemandangan yang indah. Bintang-bintang, planet, dan berbagai objek dapat diamati, akan tetapi pemandangan tersebut semakin sulit diamati akibat adanya polusi cahaya.
“Di masa kini polusi cahaya menjadi masalah yang makin besar, karena cukup mengganggu kehidupan hewan dan tumbuhan, kesehatan manusia, dan kesehatan lingkungan,efesiensi energi keran ada cukup banyak radiasi yang terhambur ke angkasa,” kata Gunawan.
Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh narasumber lainnya, Dhani Herdiwijaya, menyampaikan bahwa lampu-lampu luar ruangan yang didominasi di daerah perkotaan kini menjadi produk aktivitas manusia yang tidak terkontrol dan berdampak negatif di semua aspek kehidupan manusia. Dosen Prodi Sains Atmosfer dan Keplanetan ITERA, Hendra Agus Prastyo, menambahkan bila kondisi kecerlangan langit malam dapat diukur menggunakan alat bernama Sky Quality Meter (SQM).
Dosen ITERA lainnya, Alfiah Rizky, menanggapi bahwa hasil pemetaan kecerlangan langit malam resolusi tinggi dari citra satelit sangat penting selain untuk pengamatan para astronom. Alfiah juga menjelaskan data tersebut menjadi faktor penentu dalam perencanaan astrowisata terutama dekat dengan kawasan kota besar di Sumatera,” tambah dia.