NPK Pusri tingkatkan hasil panen petani singkong
Project Manager (PM) Agrosolution Pusri Palembang Prima Novandino Sharma, dalam keterangan resmi yang diterima di Bandarlampung, Selasa, menyatakan bahwa tujuan uji coba ini adalah untuk memperkenalkan pupuk non-subsidi NPK Singkong 17-6-25.
Sebelumnya produktivitas tanaman singkong petani setempat berkisar 20-30 ton per hektare. Melalui uji coba ini, produktivitas berhasil meningkat menjadi 50-70 ton per hektare.
“Tujuan acara uji coba ini adalah untuk memperkenalkan produk pupuk non-subsidi NPK Singkong 17-6-25. Hal ini sekaligus mengakomodasi kebutuhan pupuk petani komoditas singkong yang tidak lagi teralokasi dalam skema subsidi pupuk,” ujar Prima.
Walaupun menggunakan pupuk non-subsidi, kata Prima, petani memiliki hasil produktivitas singkong yang jauh lebih baik. Dengan peningkatan tersebut, pendapatan petani dari hasil penjualan singkong juga dapat meningkat.
Oleh karena itu, Prima berharap pupuk NPK Singkong 17-6-25 ini dapat digunakan oleh petani singkong lainnya di Kabupaten Tulangbawang.
Selain pemupukan, peningkatan produktivitas singkong di Kabupaten Tulangbawang ini adalah berkat pendampingan program Agrosolution.
Program ini merupakan ekosistem yang memberikan bimbingan dan pendampingan teknis kepada petani dengan menggunakan produk-produk non-subsidi. Dalam pelaksanaannya, program Agrosolution melibatkan banyak pemangku kepentingan seperti produsen pupuk, offtaker hasil panen, akses permodalan, hingga jaminan asuransi.
Selain panen singkong, Pupuk Indonesia dan Pusri Palembang juga menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Desa Penawar Jaya, Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulangbawang.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh PM Agrosolution Pupuk Indonesia Burmansyah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tulangbawang Nurmasnyah, Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Lampung Rachman Jaya, Wakil Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Helmi Hasanudin, hingga melibatkan petani berpengaruh dan mitra program Agrosolution.
Dalam kegiatan tersebut, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tulangbawang Nurmansyah juga menyampaikan bahwa hasil produktivitas singkong mencapai 50-70 ton per hektare adalah suatu pencapaian yang sangat baik.
"Dengan keberhasilan NPK Singkong ini bisa menjadi perhatian, dan saya yakin potensi yang ada di Tulangbawang seluas 28 ribu hektare dapat meningkat lagi hasilnya sehingga menjadi komoditi unggulan,” ujar Nurmansyah.
Sementara itu, Kepala BSIP Rachman Jaya menyampaikan bahwa pupuk berbasis spesifik komoditi adalah pupuk yang dibutuhkan oleh petani.
Selain itu, Rachman juga mengajak petani untuk tidak melupakan pupuk kompos sebagai pembenah tanah. Pihaknya juga bersedia membantu untuk penilaian hara tanah, untuk membantu petani dalam memberikan rekomendasi pemupukan.
Pada kesempatan yang sama Wakil Ketua MSI Helmi Hasanudin menyatakan bahwa Provinsi Lampung merupakan lahan yang terbaik buat singkong.
"Karena di daerah lain belum tentu bisa berkembang sebesar di Provinsi Lampung. Bisnis singkong ini adalah bisnis aci atau pati bagi pabrik singkong. Potongan yang dilakukan sesuai mutu singkong, hal ini dikarenakan ketidaktahuan petani akan kualitas hasil singkong dengan memanen singkong minimal usia 8 bulan, sehingga produktivitas yang tinggi mendapatkan harga jual singkong yang terbaik atau potongan yang rendah," katanya pula.
Sebelumnya produktivitas tanaman singkong petani setempat berkisar 20-30 ton per hektare. Melalui uji coba ini, produktivitas berhasil meningkat menjadi 50-70 ton per hektare.
“Tujuan acara uji coba ini adalah untuk memperkenalkan produk pupuk non-subsidi NPK Singkong 17-6-25. Hal ini sekaligus mengakomodasi kebutuhan pupuk petani komoditas singkong yang tidak lagi teralokasi dalam skema subsidi pupuk,” ujar Prima.
Walaupun menggunakan pupuk non-subsidi, kata Prima, petani memiliki hasil produktivitas singkong yang jauh lebih baik. Dengan peningkatan tersebut, pendapatan petani dari hasil penjualan singkong juga dapat meningkat.
Oleh karena itu, Prima berharap pupuk NPK Singkong 17-6-25 ini dapat digunakan oleh petani singkong lainnya di Kabupaten Tulangbawang.
Selain pemupukan, peningkatan produktivitas singkong di Kabupaten Tulangbawang ini adalah berkat pendampingan program Agrosolution.
Program ini merupakan ekosistem yang memberikan bimbingan dan pendampingan teknis kepada petani dengan menggunakan produk-produk non-subsidi. Dalam pelaksanaannya, program Agrosolution melibatkan banyak pemangku kepentingan seperti produsen pupuk, offtaker hasil panen, akses permodalan, hingga jaminan asuransi.
Selain panen singkong, Pupuk Indonesia dan Pusri Palembang juga menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Desa Penawar Jaya, Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulangbawang.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh PM Agrosolution Pupuk Indonesia Burmansyah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tulangbawang Nurmasnyah, Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Lampung Rachman Jaya, Wakil Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Helmi Hasanudin, hingga melibatkan petani berpengaruh dan mitra program Agrosolution.
Dalam kegiatan tersebut, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tulangbawang Nurmansyah juga menyampaikan bahwa hasil produktivitas singkong mencapai 50-70 ton per hektare adalah suatu pencapaian yang sangat baik.
"Dengan keberhasilan NPK Singkong ini bisa menjadi perhatian, dan saya yakin potensi yang ada di Tulangbawang seluas 28 ribu hektare dapat meningkat lagi hasilnya sehingga menjadi komoditi unggulan,” ujar Nurmansyah.
Sementara itu, Kepala BSIP Rachman Jaya menyampaikan bahwa pupuk berbasis spesifik komoditi adalah pupuk yang dibutuhkan oleh petani.
Selain itu, Rachman juga mengajak petani untuk tidak melupakan pupuk kompos sebagai pembenah tanah. Pihaknya juga bersedia membantu untuk penilaian hara tanah, untuk membantu petani dalam memberikan rekomendasi pemupukan.
Pada kesempatan yang sama Wakil Ketua MSI Helmi Hasanudin menyatakan bahwa Provinsi Lampung merupakan lahan yang terbaik buat singkong.
"Karena di daerah lain belum tentu bisa berkembang sebesar di Provinsi Lampung. Bisnis singkong ini adalah bisnis aci atau pati bagi pabrik singkong. Potongan yang dilakukan sesuai mutu singkong, hal ini dikarenakan ketidaktahuan petani akan kualitas hasil singkong dengan memanen singkong minimal usia 8 bulan, sehingga produktivitas yang tinggi mendapatkan harga jual singkong yang terbaik atau potongan yang rendah," katanya pula.