Bisnis perjalanan wisata masih terpuruk di Sumatera Utara

id ASITA Sumut, wisman Sumut, bisnis usaha perjalanan wisata terpuruk,pandemi COVID-19

Bisnis perjalanan wisata masih terpuruk di Sumatera Utara

Ketua DPD ASITA Sumut (tengah) dan pengurus berfoto bersama usai perayaan HUT ASITA ke-50 yang dirayakan secara nasional melalui virtual (ANTARA/DPD ASITA Sumut)

Medan (ANTARA) - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) mengatakan bisnis perusahaan perjalanan wisata di Sumatera Utara masih terpuruk akibat pandemi COVID-19.

"Kontrak penanganan turis dari mitra luar negeri belum ada, juga termasuk permintaan paket wisata ke luar negeri dan bahkan domestik. Benar-benar masih terpuruk," ujar Ketua DPD ASITA Sumatera Utara, Solahuddin Nasution di Medan, Jumat.

Bahkan, katanya, angin segar bisnis umroh yang sempat mau berjalan akhirnya dibatalkan lagi karena pandemi COVID-19 masih terus berlangsung hingga awal Januari 2021.

Jumlah pasien terkonfirmasi di Sumatera Utara maupun nasional, lanjut dia, juga trennya meningkat sejak libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 sehingga semua wisatawan kembali khawatir.

Akibat bisnis masih terpuruk, ujar Solahuddin, perusahaan perjalanan wisata di Sumatera Utara juga masih belum mempekerjakan karyawan kembali setelah "dirumahkan".

"Pengusaha travel masih merumahkan karyawan mereka karena memang operasional perusahaan belum juga berjalan lagi," ujar Solahuddin.

Meski masih ragu karena pandemi COVID-19 masih berlangsung, ASITA Sumatera Utara berharap kepariwisataan kembali pulih sehingga usaha mulai berjalan.

Apalagi, ujar dia, tahun ini tepatnya 7 Januari 2021 ASITA sudah berumur 50 tahun.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara Syech Suhaimi mengatakan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Sumut hingga November 2020 masih anjlok dibandingkan periode yang sama 2019.

Pada periode Januari-November 2020 wisatawan mancanegara di Sumatera Utara hanya 45.852 orang atau jauh di bawah angka 2019 yang sebanyak 234.709 orang.

"Angka 45.852 orang itu juga sebagian besar diperoleh dari periode Januari-Maret. Pandemi COVID-19 baru dimulai bulan Februari, " katanya