Liwa, Lampung Barat (Antaranews Lampung) - Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus mengajak untuk melestarikan penganan lokal seperti lemang yang merupakan kuliner tradisional khas Lampung Barat dan biasa disajikan pada saat-saat istimewa, seperti acara pernikahan, hari raya, dan lainnya.
Bupati Parosil, di Liwa, Lampung Barat, Senin, menuturkan suguhan lemang dan secangkir kopi robusta menjadi menu utama para tetamu dan sanak keluarga yang bersilaturahmi. Penganan bakar nan gurih perpaduan ketan dan santan ini wajib dinikmati bila berkunjung ke Lampung Barat. "Hmm.. jadi kepengin kan," ujarnya pula.
Bagi masyarakat Lampung Barat, tradisi `Ngelemang` (memasak lemang) bukan hanya sebatas pada acara masak-memasak saja. Ada makna historis dan filosofis yang terkandung di dalamnya (Ngelemang). "Ya, melalui lemang, para leluhur mengajarkan nilai-nilai `Beguai Jejama`, budaya gotong royong dalam bermasyarakat. Sebuah media edukasi yang menarik, tepat, dan efektif. Luar biasa bukan," ujar dia lagi.
Lemang sendiri lahir dari proses rumit dan panjang. Dalam proses produksinya, dibutuhkan kerja sama dan tenaga banyak orang. Hal itu dilakukan sejak proses awal, mulai dari mengumpulkan bambu, daun pisang, mengolah adonan, memasukkan adonan ke dalam bambu dan diakhiri dengan proses pembakaran. Penerapan nilai gotong royong menjadi bagian penting di dalamnya, kata Parosil pula.
Kini, seiring berjalan waktu, tradisi Ngelemang sudah mulai ditinggalkan. Berbagai hal menjadi penyebabnya. Modernisasi dan infiltrasi budaya asing yang menciptakan manusia hedonis dan individualistik dianggap sebagai penyebab utama oleh beberapa pihak. Masih banyak lagi penyebab lainnya.
Guna mengatasi hal tersebut, Pemkab Lampung Barat bersama pihak terkait terus melakukan edukasi dan sosialisasi terkait pelestarian adat dan budaya lokal (termasuk kuliner) melalui berbagai media (acara). Hal ini dilakukan sejak dini di bangku sekolah dasar, melalui pelajaran muatan lokal. Berbagai event kebudayaaan lokal pun telah dilaksanakan. Bahkan, pemecahan Rekor MURI terkait Ngelemang pun sudah dilakukan.
Bupati Parosil sebagai kepala daerah dalam berbagai kesempatan selalu mengkampanyekan arti penting pelestarian budaya lokal. Baik di lingkungan internal pemkab maupun eksternal (masyarakat). Parosil sudah memulai dari lingkungan Pemkab Lampung Barat.
Parosil Mabsus sebagai pimpinan mewajibkan staf dan jajarannya menggunakan penganan lokal (lemang, cucur, dan lainnya) sebagai suguhan pada setiap acara. "Selain melestarikan kuliner lokal, kebijakan ini juga berdampak pada keberlangsungan pelaku usahanya," ujarnya lagi.
Pada momentum Idul Fitri 1439 Hijriah ini, saat Ngelemang muncul kembali ke permukaan, dalam acara Open House di Kebun Tebu, Parosil Mabsus kembali mengenalkan dan menyuguhkan lemang kepada para tamu yang hadir.
Dalam dialognya, Bupati Parosil menyerukan arti penting pelestariaan adat dan budaya lokal kepada tamu yang hadir. Hal tersebut dapat terwujud melalui kerja bersama semua pihak. Kolaborasi pemerintah dan warga berlandaskan semangat "beguai jejama" menjadi fondasi utamanya.
"Bung Karno melalui Trisakti-nya mengingatkan kita akan hal itu, agar kita berkepribadian dalam bidang budaya. Bangsa yang besar dapat dilihat dari budayanya. Jadi kita sebagai pelanjut wajib melestarikan kearifan lokal," kata Parosil, sambil menyodorkan lemang yang telah disediakan untuk dinikmati bersama-sama.