Gubernur Lampung Kecam Aksi Pembakaran Patung ZAP

id patung ZAP

Gubernur Lampung Kecam Aksi Pembakaran Patung ZAP

Patung Zainal Abidin Pagaralam Dirobohkan: Pemberitaan di televisi lokal, Lampung TV, soal patung Zainal Abidin Pagaralam, tokoh yang juga Gubernur Lampung ke-2, di Kalianda, Lampung Selatan, Senin (30/4), akhirnya dirobohkan warga. (FOTO: ANTARA LA

Polisi perlu tegas terhadap demo anarkis, tangkap dan cari penggeraknya," kata Sjachroedin
Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Gubernur Lampung Sjachroedin ZP mengecam aksi pembakaran patung Zainal Abidin Pagaralam (ZAP) di Kalianda, Lampung Selatan, Senin (30/4).

"Polisi perlu tegas terhadap demo anarkis, tangkap dan cari penggeraknya," kata Sjachroedin, dalam pesan singkatnya, menanggapi aksi unjuk rasa warga yang akhirnya merobohkan patung tokoh Lampung yang juga ayah kandungnya itu.

Menurut dia, pelaku harus diusut tuntas dan jangan sampai kejadian tersebut kembali terulang karena dapat merugikan kepentingan pengguna jalan di sana.

"Paling-paling motor penggerak dan provokator tidak banyak, Kapolres Lampung Selatan harus mampu menangani persoalan itu," kata dia pula.

Dia menambahkan, kalau Kapolres kabupaten setempat takut menangani kisruh tersebut, maka perlu diganti.

Sekelompok massa dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Lampung Selatan menggelar aksi unjuk rasa di monumen patung Zainal Abidin Pagaralam hingga berakhir dengan pembakaran terhadap patung itu sendiri dan dua unit mobil berplat merah serta menimbulkan dua korban cedera pegawai setempat.

Massa menolak keberadaan patung tersebut di tengah-tengah kondisi kemiskinan dan infrastruktur publik daerah itu yang seharusnya justru perlu diprioritaskan pembenahannya.

Massa menilai pembangunan patung itu kurang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.

Sebulan lalu, ratusan aktivis LMND bersama warga juga berunjukrasa, menolak penggantian nama Jalan Indra Bangsawan berubah menjadi Jalan Zainal Abidin Pagaralam.

Aksi tersebut berujung bentrok antara aparat kepolisian dengan kelompok massa sehingga menimbulkan korban luka-luka.

Warga tersebut sudah beberapa kali melakukan aksi demontrasi menentang pendirian patung tersebut, sekaligus penggantian nama jalan itu.

Massa menganggap pembangunan patung itu belum dianggap perlu, masih banyak infrastruktur daerah yang rusak dan perlu mendapatkan perhatian serius dari sekadar membangun patung.

Zainal Abidin Pagaralam merupakan tokoh masyarakat Lampung yang pernah menjadi Gubernur ke-2 Lampung, dan dinilai berjasa untuk kemajuan Lampung.

Sejumlah kota dan kabupaten di Lampung, hampir semuanya sudah mengabadikan namanya sebagai nama jalan atau nama rumah sakit, hanya Kabupaten Lampung Selatan yang belum mengabadikan namanya.

Karena itu, pemerintahan setempat, menganggap layak tokoh tersebut diabadikan dalam bentuk monumen patung yang terletak di perkotaan Kalianda.

Pembangunan patung setinggi tujuh meter itu, menelan biaya senilai Rp1,1 miliar, dinilai sangat pantas dikeluarkan pemerintah untuk mengenang jasa-jasa Zainal Abidin Pagaralam.

          
Akhirnya Dirobohkan Warga

Patung replika Zainal Abidin Pagaralam di Kalianda itu, akhirnya tumbang setelah berupaya dirobohkan oleh ratusan warga yang menolak keberadaan patung tersebut, Senin petang hingga malam hari.

"Patung itu dibakar dan dirobohkan paksa oleh pemuda dan warga dari berbagai kampung di Lampung Selatan," kata salah satu warga setempat yang menyaksikan kejadian itu, Tuti, saat dihubungi dari Bandarlampung, Senin (30/4) malam.

Pemerintah kabupaten setempat bersama Polres Lampung Selatan yang berupaya untuk melakukan mediasi, menurut dia, tidak digubris oleh warga yang menggelar aksi menolak pendirian patung mantan gubernur Lampung itu.    

Massa tetap bersikukuh untuk menumbangkan patung itu, dengan berbagai cara.

Sejumlah warga berupaya merusak bagian dasar atau fondasi patung itu dengan peralatan pencongkel, kemudian setelah memastikan fondasi terbuka berusaha menariknya dengan mengikat leher patung itu dengan tali yang ditarik kendaraan besar sampai merobohkannya ke tanah.

Selain menumbangkan patung tersebut, warga juga merusak tanaman penghias jalan dan lampu penerangan di sekitarnya.

Saat ini, patung yang dibangun dan didirikan menghabiskan dana senilai sedikitnya Rp1,1 miliar itu, telah hancur lebur di tangan warga yang sudah tidak bisa menahan emosi mereka lagi.

"Polisi tidak bisa berbuat banyak untuk menenangkan aksi massa itu, sampai menimbulkan kemacetan lalu lintas yang panjang di jalan lintas Sumatera, sehingga kendaraan dari arah Bandarlampung menuju Pelabuhan Bakauheni tidak ada yang melintas jalan itu," kata dia lagi.

Aksi itu, dilakukan masyarakat beberapa kampung di sana, bersama kelompok massa dan para aktivis mahasiswa.

Ratusan warga yang kembali berunjukrasa menolak keberadaan patung itu, dalam aksi kali ini tidak hanya memacetkan jalan atau sekadar berorasi menolak kebijakan pemerintah setempat, tapi juga sampai membakar dan merusak patung itu serta sejumlah benda lain di sekitarnya.

Unjuk rasa itu sebelumnya telah dilakukan berkali-kali yang digerakkan oleh Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), antara lain menolak penggantian nama Jalan Indra Bangsawan berubah menjadi Jalan Zainal Abidin Pagaralam.

Tuntutan lainnya, warga menolak pendirian patung ayah dari Gubernur Lampung Sjachroedin ZP dan kakek dari Bupati Lampung Selatan Rycko Menoza.

Sejak awal, kontroversi menyertai pendirian patung ini, selain dibangun di Kalianda, Lampung Selatan, juga telah berdiri di Kota Bandarlampung dalam ukuran lebih kecil.