Empat Kepaksian Ikuti FGD Gali Budaya Skala Brak Lampung
Jika tidak dibuatkan satu buku yang memuat fakta sejarah seperti ini, bisa-bisa generasi penerus tidak tau, di buminya sendiri tidak tau sejarahnya, kami sangat mendukung dan sangat bermanfaat untuk generasi penerus, katanya
Bandarlampung, 18/12 (Antaranews Lampung) - Budaya merupakan tanda peradaban suatu bangsa, dan untuk menggali dan mengkaji perjalanan budaya yang ada di Provinsi Lampung ini, Harian Lampung Post mengadakan Forum Group Discussion (FGD) "Sekala Brak Menjawab Sejarah".
Acara yang digelar di Bandarlampung, Selasa, itu bertujuan membahas dan menggali lebih dalam lagi budaya dan keberadaan kerajaan adat Paksi Pak Skala Brak, dan Kepaksian Pernong sebagai suku asli Lampung yang sudah dikenal dan diakui sejak lama.
Hadir dalam acara tersebut para Sai Batin, Wakil Bupati Lampung Barat Mad Hasnurin, dan seluruh tokoh Kerajaan Skala Brak.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung Sulpakar yang mewakili Gubernur Lampung M Ridho Ficardo menyatakan acara FGD Skala Brak Menjawab Sejarah ini salah satu upaya untuk mengangkat adat istiadat dan budaya yang ada di Provinsi Lampung, salah satunya Buay Pernong ini.
"Ini sebagai langkah kita untuk melestarikan dan mengembangkan budaya supaya dikenal oleh masyarakat luas, melalui FGD ini kita tidak mengubah struktur budaya, tapi menyempurnakan dan membuat langkah-langkah bagaimana untuk melestarikan ke depan," ujarnya.
Sulpakar menambahkan, Pemprov Lampung akan terus berupaya melakukan yang terbaik dengan mendukung penerbitan buku tentang cerita ataupun kebudayaan, adat istiadat, kehidupan masyarakat dari berbagai suku yang ada di Lampung ini.
"Tidak Hanya Kepaksian Skala Brak, tetapi semua akan kita fasilitasi, ini adalah salah satu kekayaan kita, untuk langkah merajut persatuan dan kesatuan antar suku, jadi bukan gali potensi budaya ini untuk bahan persaingan, tetapi justru untuk dijadikan alat mempersatu dari beberapa suku yang ada di Provinsi Lampung," katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Lampung Barat (Lambar) Mad Hasnurin yang juga Pepatih Gedong Dalom Kepaksian Pernong mengatakan, acara FGD yang bertujuan untuk menyusun buku Paksi Pak Skala Brak ini sangat penting untuk diketahui oleh generasi penerus.
"Jika tidak dibuatkan satu buku yang memuat fakta sejarah seperti ini, bisa-bisa generasi penerus tidak tau, di buminya sendiri tidak tau sejarahnya, kami sangat mendukung dan sangat bermanfaat untuk generasi penerus," katanya.
Mad Hasnurin menambahkan, FGD ini merupakan proses awal pembuatan buku, dan nanti akan dilengkapi dengan dilakukannya penelitian, dan pembahasan ini akan disusun menjadi sebuah buku.
"Para peneliti nanti akan turun ke lapangan, menemukan bukti-bukti dan fakta-fakta dari peninggalan sejarah di Lambar yang akan dibahas di dalam diskusi ini," jelasnya.
Di tempat yang sama, Pimpinan Redaksi Lampung Post Iskandar Zulkarkanaen yang menjadi motor penggerak acara FGD ini mengatakan, FGD ini awal dari keinginan Lampung Post untuk bisa merajut keberagaman, agar potensi budaya adat istiadat di Lampung disatukan.
"Kita memulainya dari Skala Brak, yang mempunyai struktur adat yang jelas, dan bagian sampai ke bawah sampai ke marga, dan kebandaran. Jadi kita hari ini berkumpul menyatukan visi dan misi membawa Lampung ini maju, dengan adat kita tidak perlu terpecah belah, karena dengan adat ini yang bisa menyatukan kita dalam keberagaman itu," ujany IKZ sapaan akrabnya.
Iskandar menambahkan, kegiatan FGD ini diawali dengan mengupas buku profil yang telah diterbitkan terlebih dahulu oleh Humas Kepaksian, buku itu muatannya perlu dipertajam lagi, sehingga nanti bisa diterbitkan buku buku yang lain yang berkaitan dengan adat Skala Brak.
Buku profil itu dibuat menjelang Festival Keraton Nusantara se-Asean yang berlangsung satu bulan lalu, karena buku itu bagian dari kegiatan Skala Brak.
"Buku itu belum menunjukkan adat yang lebih dalam, belum dipertajam tentang empat kepaksian, seperti Kepaksian Pernong, Berjalan Di Way, Nyerupa, dan Belunguh. Mudah-mudahan dengan buku dan acara FGD hari ini, itu menjadi muatan lokal bagi anak-anak bangsa yang bersekolah di SD, SMP, SMA, sehingga mereka akan tau persis bahwa Lampung ini bagian dari NKRI, dan juga dengan muatan lokal itu anak-anak bangsa tidak lupa dia berada dimana dia dan mau kemana di masa yang akan datang," jelasnya.
Pembicara yang akan hadir dalam acara FGD ini, sambung Iskandar, di antaranya Prof Sujarwo, dosen Unila dengan tim akademisi lainnya, dari UIN ada DR Safari Daut yang mengetahui tentang keislaman dan ada juga budayawan, sejarawan.
"Buku ini ditulis nanti ada timnya, saya juga belum tau siapa, karena kita mengakomodir semua kepentingan, karena ini soal sejarah, untuk target selesainya buku, mungkin lebih cepat lebih baik, karena kita akan mencari fakta di lapangan, dan empat kepaksian itu hari ini semua datang untuk melakukan diskusi," katanya.
Acara yang digelar di Bandarlampung, Selasa, itu bertujuan membahas dan menggali lebih dalam lagi budaya dan keberadaan kerajaan adat Paksi Pak Skala Brak, dan Kepaksian Pernong sebagai suku asli Lampung yang sudah dikenal dan diakui sejak lama.
Hadir dalam acara tersebut para Sai Batin, Wakil Bupati Lampung Barat Mad Hasnurin, dan seluruh tokoh Kerajaan Skala Brak.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung Sulpakar yang mewakili Gubernur Lampung M Ridho Ficardo menyatakan acara FGD Skala Brak Menjawab Sejarah ini salah satu upaya untuk mengangkat adat istiadat dan budaya yang ada di Provinsi Lampung, salah satunya Buay Pernong ini.
"Ini sebagai langkah kita untuk melestarikan dan mengembangkan budaya supaya dikenal oleh masyarakat luas, melalui FGD ini kita tidak mengubah struktur budaya, tapi menyempurnakan dan membuat langkah-langkah bagaimana untuk melestarikan ke depan," ujarnya.
Sulpakar menambahkan, Pemprov Lampung akan terus berupaya melakukan yang terbaik dengan mendukung penerbitan buku tentang cerita ataupun kebudayaan, adat istiadat, kehidupan masyarakat dari berbagai suku yang ada di Lampung ini.
"Tidak Hanya Kepaksian Skala Brak, tetapi semua akan kita fasilitasi, ini adalah salah satu kekayaan kita, untuk langkah merajut persatuan dan kesatuan antar suku, jadi bukan gali potensi budaya ini untuk bahan persaingan, tetapi justru untuk dijadikan alat mempersatu dari beberapa suku yang ada di Provinsi Lampung," katanya.
Sementara itu, Wakil Bupati Lampung Barat (Lambar) Mad Hasnurin yang juga Pepatih Gedong Dalom Kepaksian Pernong mengatakan, acara FGD yang bertujuan untuk menyusun buku Paksi Pak Skala Brak ini sangat penting untuk diketahui oleh generasi penerus.
"Jika tidak dibuatkan satu buku yang memuat fakta sejarah seperti ini, bisa-bisa generasi penerus tidak tau, di buminya sendiri tidak tau sejarahnya, kami sangat mendukung dan sangat bermanfaat untuk generasi penerus," katanya.
Mad Hasnurin menambahkan, FGD ini merupakan proses awal pembuatan buku, dan nanti akan dilengkapi dengan dilakukannya penelitian, dan pembahasan ini akan disusun menjadi sebuah buku.
"Para peneliti nanti akan turun ke lapangan, menemukan bukti-bukti dan fakta-fakta dari peninggalan sejarah di Lambar yang akan dibahas di dalam diskusi ini," jelasnya.
Di tempat yang sama, Pimpinan Redaksi Lampung Post Iskandar Zulkarkanaen yang menjadi motor penggerak acara FGD ini mengatakan, FGD ini awal dari keinginan Lampung Post untuk bisa merajut keberagaman, agar potensi budaya adat istiadat di Lampung disatukan.
"Kita memulainya dari Skala Brak, yang mempunyai struktur adat yang jelas, dan bagian sampai ke bawah sampai ke marga, dan kebandaran. Jadi kita hari ini berkumpul menyatukan visi dan misi membawa Lampung ini maju, dengan adat kita tidak perlu terpecah belah, karena dengan adat ini yang bisa menyatukan kita dalam keberagaman itu," ujany IKZ sapaan akrabnya.
Iskandar menambahkan, kegiatan FGD ini diawali dengan mengupas buku profil yang telah diterbitkan terlebih dahulu oleh Humas Kepaksian, buku itu muatannya perlu dipertajam lagi, sehingga nanti bisa diterbitkan buku buku yang lain yang berkaitan dengan adat Skala Brak.
Buku profil itu dibuat menjelang Festival Keraton Nusantara se-Asean yang berlangsung satu bulan lalu, karena buku itu bagian dari kegiatan Skala Brak.
"Buku itu belum menunjukkan adat yang lebih dalam, belum dipertajam tentang empat kepaksian, seperti Kepaksian Pernong, Berjalan Di Way, Nyerupa, dan Belunguh. Mudah-mudahan dengan buku dan acara FGD hari ini, itu menjadi muatan lokal bagi anak-anak bangsa yang bersekolah di SD, SMP, SMA, sehingga mereka akan tau persis bahwa Lampung ini bagian dari NKRI, dan juga dengan muatan lokal itu anak-anak bangsa tidak lupa dia berada dimana dia dan mau kemana di masa yang akan datang," jelasnya.
Pembicara yang akan hadir dalam acara FGD ini, sambung Iskandar, di antaranya Prof Sujarwo, dosen Unila dengan tim akademisi lainnya, dari UIN ada DR Safari Daut yang mengetahui tentang keislaman dan ada juga budayawan, sejarawan.
"Buku ini ditulis nanti ada timnya, saya juga belum tau siapa, karena kita mengakomodir semua kepentingan, karena ini soal sejarah, untuk target selesainya buku, mungkin lebih cepat lebih baik, karena kita akan mencari fakta di lapangan, dan empat kepaksian itu hari ini semua datang untuk melakukan diskusi," katanya.