Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 5.402 kejadian bencana yang melanda Indonesia sepanjang tahun 2021 dengan komposisi mayoritas 99,5 persen dari kejadian itu merupakan bencana hidrometeorologi.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan jumlah itu merupakan hasil verifikasi dan validasi data bencana sepanjang tahun 2021 dari seluruh provinsi dan kabupaten maupun kota melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
"Jumlah kejadian tersebut didominasi antara lain bencana banjir yang terjadi 1.794 kejadian, 1.577 cuaca ekstrem, 1.321 tanah longsor, 579 kebakaran hutan dan lahan, 91 gelombang pasang dan abrasi, 24 gempa bumi, 15 kekeringan, dan satu erupsi gunung api," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Abdul menyampaikan bahwa dampak dari kejadian tersebut telah menyebabkan 728 orang meninggal dunia, 87 orang hilang, 14.915 luka-luka, 7.630.692 menderita dan mengungsi, 158.658 rumah rusak, 4.445 fasilitas umum rusak, 664 kantor rusak, dan 505 jembatan rusak.
Lima provinsi tertinggi kejadian bencana adalah Jawa Barat 1.358 kejadian bencana, 622 kejadian bencana di Jawa Tengah, 366 kejadian bencana di Jawa Timur, 279 kejadian bencana di Aceh, dan 272 kejadian bencana di Kalimantan Selatan.
Menurutnya Abdul, jumlah kejadian bencana yang terjadi tahun lalu mengalami kenaikan 16,2 persen bila dibandingkan data tahun 2020 yang tercatat sebanyak 4.649 kejadian bencana.
Kejadian bencana yang menonjol yang mengakibatkan korban jiwa dan rumah rusak sepanjang tahun 2021 adalah gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat pada 15 Januari 2021 yang mengakibatkan 107 meninggal dunia, 11.123 luka-luka, dan 60.505 mengungsi.
Kemudian ada bencana Siklon Seroja di Nusa Tenggara Timur yang terjadi pada 4 April 2021 yang mengakibatkan 184 meninggal dunia, 47 hilang, dan 136 luka-luka.
Secara umum, dengan bertambahnya frekuensi dan intensitas bencana setiap tahun, pengetahuan masyarakat tentang potensi risiko menjadi mutlak untuk ditingkatkan.
"Sosialisasi, edukasi, dan kesiapsiagaan menjadi kunci bagi pengurangan risiko bencana di masa depan," kata Abdul.