Dengan gerobak sapi berjuang amankan logistik pemilu di wilayah terpencil Pesisir Barat

id Pesisir barat ,Distribusi logistik ,Pemilu damai

Dengan gerobak sapi berjuang amankan logistik pemilu di wilayah terpencil Pesisir Barat

Suasana saat gerobak sapi yang membawa logistik pemilu menyeberangi muara atau sungai saat akan mendistribusikan logistik pemilu ke daerah terisolir. (ANTARA/Riadi Gunawan)

Pesisir Barat (ANTARA) - Pendistribusian logistik Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di wilayah terpencil memiliki tantangan tersendiri yang harus ditaklukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Salah satu daerah di Provinsi Lampung, yaitu di Kabupaten Pesisir Barat, yang terletak sekitar 250 kilometer sebelah barat Kota Bandarlampung memiliki kondisi serupa.

Selama periode pemilu, KPU Kabupaten Pesisir Barat, sebagai penyelenggara pesta demokrasi di daerah, harus mengatasi hambatan alam untuk mendistribusikan logistik pemilu, seperti surat suara, tinta, maupun kotak suara.

Keseluruhan logistik itu harus disalurkan untuk menjaring suara rakyat hingga ke ujung pelosok Pesisir Barat, salah satunya di Kecamatan Bengkunat, yang masih terisolir dari dunia luar.

Ketua KPU Kabupaten Pesisir Barat Marlini mengemukakan wilayahnya memiliki daerah terpencil dengan akses jalan yang cukup sulit dan tidak bisa ditempuh menggunakan kendaraan biasa.

Oleh karena itu, KPU selalu berkoordinasi dengan instansi terkait, seperti Polri, TNI dan pemerintah daerah setempat dalam mendistribusikan logistik ke daerah terjauh di kabupaten tersebut.

Saat gerobak sapi yang membawa logistik pemilu menyeberangi muara atau sungai. (ANTARA/Riadi Gunawan)

ANTARA turut serta dalam proses pendistribusian logistik ke daerah bersama tim yang disertai Kapolres Pesisir Barat, Dandim Lampung Barat, dan Plt Sekretaris Daerah Kabupaten Pesisir Barat.

Di Kecamatan Bengkunat terdapat empat desa yang masih terisolir, yakni Way Haru, Bandar Dalam, Way Tiyas dan Siring Gading. Desa-desa itu mempunyai hambatan geografis yang serupa, yaitu akses yang harus melewati gunung, hutan, dan pesisir laut.

Di wilayah itu terdapat 17 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di empat desa, dengan jumlah pemilih terdaftar mencapai kurang lebih 6.000 orang.

Untuk mencapai empat desa tersebut dari Kecamatan Bengkunat, dibutuhkan waktu empat jam dengan kondisi jalan tanah dan berbatu. Waktu tempuh itu jika musim kemarau, sedangkan di musim hujan bisa lebih lama.

Pada periode Februari, yang merupakan waktu penyelenggaraan Pemilu 2024, tantangannya menjadi lebih berat untuk proses distribusi logistik pemilu. Saat hujan, kondisi tanah menjadi lembek dan jalan menjadi lebih sulit untuk dilewati. Perjalanan bisa lebih lama, hingga delapan jam.

Karena berpotensi melewati jalan lumpur, maka pendistribusian harus menggunakan kendaraan alternatif, seperti gerobak sapi dan sepeda motor modifikasi dengan melilitkan rantai pada bagian luar ban.

Tidak hanya jalan dengan lumpur yang licin, tim distribusi menghadapi hambatan alam lainnya, karena harus melewati bibir pantai dengan ombak besar, sehingga terkadang untuk lewat harus menunggu air laut surut terlebih dulu.

Apabila cuaca tidak mendukung, tim, bahkan harus menunggu terlebih dahulu, karena apabila memaksakan untuk lewat, ombak bisa menghantam dan menyeret mereka ke tengah laut.

Pengamanan

Ketika tim gabungan mendistribusikan logistik pemilu, di tengah jalan turut dijumpai jembatan kayu buatan warga yang bersifat darurat. Sewaktu ketinggian air sungai naik, jalur tersebut hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.

Mau tidak mau, rombongan harus menunggu air sungai surut terlebih dulu, baru bisa melewati muara sungai yang tersambung dengan pesisir laut. Saat itu, satu sepeda motor tim memaksa lewat dan motor yang digunakan itu akhirnya macet karena air masuk ke bagian dalam mesin.

Sudah menjadi pemandangan biasa di daerah itu, warga setempat rata-rata memodifikasi motornya menggunakan rantai bekas di bagian ban. Pemasangan rantai ini dimaksudkan agar roda motor bisa berputar di medan yang berlumpur. Jika tidak, sepeda motor akan sulit berjalan karena medan yang dilalui sangat licin.

Dalam pendistribusian itu, tim juga harus bekerja sama saling mengawal dalam mengamankan jalur logistik ke daerah Bengkunat.

Sebanyak 35 personel Polres Pesisir Barat dan 15 personel TNI bersatu padu dalam mengamankan logistik dengan menggunakan gerobak sapi serta berjalan beriringan dalam menjaga muatan.

Kabag SDM Polres Pesisir Barat AKP Ono Karyono mengakui beratnya medan yang cukup ekstrem, membuat penyaluran logistik menjadi tantangan tersendiri dalam menyukseskan pemilu di daerah 3T.

Para petugas, dengan penuh perjuangan harus menerjang kondisi medan yang tidak mudah, mulai dari kondisi jalan yang rusak penuh lumpur, hingga harus berjalan di pinggir pantai sambil menanti surutnya air.

Bahkan, di beberapa kesempatan saat melewati jalan berlumpur, mereka terpaksa harus mendorong gerobak sapi tersebut. Tidak mengherankan, perjalanan selama 20 kilometer memasuki pendalaman itu membutuhkan waktu lebih lama.

Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Daerah Kabupaten Pesisir Barat Jhon Edward pun memastikan pendistribusian logistik ke daerah terisolir ini membutuhkan konsentrasi penuh agar pemilu berjalan lancar.

Pemkab Pesisir Barat mengimbau kepada masyarakat agar tidak ragu untuk menyalurkan hak mereka dan tidak golput, mengingat pihak penyelenggara sudah bekerja keras dalam menyediakan logistik.

Meski dalam keterbatasan, satu suara sangat berpengaruh dalam menentukan kemajuan bangsa, sehingga penyaluran logistik hingga ke daerah terpencil, seperti Kecamatan Bengkunat, sangat layak untuk diperjuangkan.

Berkat perjuangan semua pihak, beberapa hari menjelang pemilihan umum pada 14 Februari 2024, distribusi logistik bisa diselesaikan sesuai jadwal, tepat sebelum hari pencoblosan tiba.

Logistik tiba

Tak terasa, perjalanan berat berliku-liku selama lima jam, yang bermula sejak pukul 10.00 WIB, mulai mendekati titik akhir, menjelang sore hari yang ditandai dengan suara adzan ashar. Tim cukup beruntung, hari itu hujan tidak datang.

Rombongan yang saat itu menggunakan 18 motor dan delapan gerobak sapi masih harus mendistribusikan logistik ke 17 TPS yang berada di empat desa di kawasan terpencil itu.

Salah satu tukang ojek pembawa logistik pemilu, Muklas Adi Putra, bersyukur perjalanan pengantaran ini telah usai mengingat kegiatan tersebut merupakan tanggung jawab yang cukup besar dalam mengawal jalannya Pemilu.

Muklas bersama para ojek motor yang lain, cukup kesulitan membawa logistik tersebut karena medan yang cukup berat dan akses jalan yang terbatas.

Meskipun demikian, ada rasa bangga dan bahagia menyelimuti batin Muklas dan kawan-kawan yang melewati perjalanan pengantaran itu, karena turut andil dalam menyukseskan pesta demokrasi untuk menentukan pemimpin Indonesia lima tahun ke depan.

Pantas kalau mereka merasa lega. Karena, selain harus mampu melewati medan berlumpur dan menyeberangi sungai, kerapihan dan keselamatan logistik juga harus dipertahankan hingga tiba di TPS agar dapat dipergunakan secara sah saat pencoblosan.

Perjuangan mereka dalam upaya menyukseskan pemilu telah dijalankan, maka sudah seharusnya warga juga mendukung suksesnya pesta demokrasi ini dengan datang ke TPS saat hari pemilihan tiba. Gunakan hak suara dengan mencoblos.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dengan gerobak sapi berjuang amankan logistik pemilu di Pesisir Barat