Kemenkeu: Hilirisasi dapat jadikan Lampung sub kompetitor ekspor

id Djpb lampung, ekspor lampung, komoditas lampung, hilirisasi lampung

Kemenkeu: Hilirisasi dapat jadikan Lampung sub kompetitor ekspor

Kepala Seksi Pembinaan dan Pelaksanaan Anggaran II C DJPb Lampung Gwen Adhitya Amalkhan saat memberi keterangan. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.

Cara untuk menjadi sub kompetitor ekspor yakni dengan meningkatkan sektor primer yang jadi primadona seperti komoditas kopi atau yang lainnya, dengan memperbanyak hilirisasi di Lampung

Bandarlampung (ANTARA) - Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kemenkeu Lampung menyatakan Provinsi Lampung berpeluang menjadi sub kompetitor ekspor komoditas atas adanya penerapan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) dengan mengembangkan hilirisasi komoditas.

"Penerapan tarif resiprokal AS, sebenarnya dapat menjadi peluang. Kalau secara luas berdasarkan proporsi ekspor banyak dari negara ASEAN dan yang paling banyak terdampak itu Vietnam dan Thailand, ini bisa menjadi peluang untuk memasukkan komoditas kita kesana dengan tarif yang lebih rendah," ujar Kepala Seksi Pembinaan dan Pelaksanaan Anggaran II C DJPb Lampung Gwen Adhitya Amalkhan di Bandarlampung, Selasa.

Ia mengatakan Provinsi Lampung bisa masuk sebagai sub kompetitor ekspor atau pesaing tidak langsung yang menawarkan produk berbeda dari negara lain yang terdampak penerapan tarif resiprokal AS.

"Cara untuk menjadi sub kompetitor ekspor yakni dengan meningkatkan sektor primer yang jadi primadona seperti komoditas kopi atau yang lainnya, dengan memperbanyak hilirisasi di Lampung," katanya.

Gwen memastikan kebijakan yang menjadi penopang utama peningkatan hilirisasi komoditas harus diperbanyak, terutama untuk daerah-daerah yang sektornya adalah sektor primer karena harga komoditas global semakin turun.

"Memang adanya ketidakpastian ekonomi global akibat penerapan tarif resiprokal Amerika Serikat sebesar 32 persen terhadap Indonesia juga menekan ekspor Lampung khususnya untuk komoditas nanas, CPO dan kopi," ucap dia.

Ia juga mengakui ketergantungan Lampung terhadap sektor primer yang kontribusi dan pertumbuhannya semakin menurun, serta rentan terhadap perubahan harga komoditas global, saat ini telah mempengaruhi penerimaan bea keluar dan bea masuk.

"Oleh karena itu perlu dilakukan penguatan hilirisasi dan kebijakan pendukung untuk mencari peluang dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global," tambahnya.

Baca juga: Musdesus Koperasi Merah Putih Lampung capai 100 persen

Baca juga: DJPb Lampung sebut penerima manfaat MBG Lampung capai 97.687 orang

Baca juga: DJPb sebut Lampung perlu tambah investasi swasta tingkatkan PAD

Pewarta :
Editor : Satyagraha
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.